Korut Ogah Patuhi Seruan Denuklirisasi Total dari Korsel dan Jepang

Jakarta, IDN Times – Korea Utara (Korut) menolak upaya denuklirisasi total yang diserukan oleh aliansi Korea Selatan (Korsel), Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Pongyang justru berjanji akan terus meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya.
”Korut akan selalu konsisten mematuhi garis baru untuk memperkuat kekuatan nuklir yang dijelaskan oleh kepala negara. Kami juga sepenuhnya menghalangi ancaman yang ditimbulkan oleh AS dan pasukan bawahannya,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut pada Selasa (18/2/2025), dilansir Anadolu Agency.
Pernyataan Pyongyang muncul setelah sebuah konferensi terkait upaya denuklirisasi Korut dilakukan oleh Korsel, Jepang, dan AS di Munich, Jerman, pada Sabtu. Mereka ingin memaksakan resolusi PBB terkait pelucutan nuklir terhadap Korut.
1. Nuklir sebagai alat pertahanan diri dan perdamaian

Korut mengatakan bahwa senjata nuklir merupakan cara untuk membela diri, serta menjaga kedamaian dan kedaulatan negaranya. Ia kemudian menyatakan penentangan keras terhadap aksi yang dianggap menguntungkan AS semacam itu.
"AS belum terbangun dari mimpi lama yang gagal tentang 'denuklirisasi' yang meredup dalam ingatan saat ini. Sikap resmi pemerintah Korut adalah tidak layak dipertimbangkan dan kami mengutuk serta menolak tindakan AS,” tambahnya.
Menlu AS, Marco Rubio, saat bertemu dengan Menlu Korsel, Cho Tae yul dan diplomat tinggi Jepang Takeshi Iwaya di sela-sela Konferensi Keamanan Munich menyampaikan komitmennya ihwal denuklirisasi Korut.
"Mereka menyampaikan kekhawatiran serius dan kebutuhan untuk bersama-sama mengatasi program nuklir dan rudal Korut, aktivitas siber jahat termasuk pencurian mata uang kripto, dan meningkatkan kerja sama militer dengan Rusia," kata Kemlu AS, dilansir VOA.
2. Peringatan keras dari tiga negara
Pernyataan bersama dari Munich itu merupakan peringatan keras dari tiga negara sekutu yang secara geografis berdekatan dengan Korut. Ketiganya mengatakan tidak akan menoleransi provokasi dan ancaman yang ditimbulkan Pyongyang.
"Mereka juga berupaya menyelesaikan segera masalah-masalah yang melibatkan orang-orang yang diculik, ditahan, dan tawanan perang yang tidak dipulangkan serta masalah keluarga-keluarga yang terpisah," tambah Kemlu AS.
Selain itu, ketiga negara akan berupaya untuk memperkuat sanksi bagi Korut. Tak dijelaskan secara rinci, namun sanksi ini diharapkan bisa memberikan tekanan lebih keras pada negara itu.
Namun, negara yang selama bertahun-tahun telah terisolasi ini masih dapat mempertahankan ekonominya dan menjadi ancaman utama bagi AS. Negara tersebut bahkan semakin memperkuat industri militernya.
3. Trump ingin berdiplomasi dengan Kim Jong Un

Presiden AS, Donald Trump, yang sempat mengadakan pertemuan bersama Pemimpin Korut, Kim Jong Un, pada masa jabatan pertamanya, merencanakan untuk mengadakan pembicaraan lagi. Ia bahkan menyebut Kim sebagai orang yang cerdas.
"Kami akan memiliki hubungan lagi dengan Korut, dengan Kim Jong Un," katanya.
Meskipun Trump telah berupaya secara diplomatik, Korut mengatakan pada Januari bahwa program nuklirnya akan terus berlanjut tanpa batas waktu.
Pyongyang juga mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya tidak akan menoleransi provokasi apa pun oleh AS setelah Rubio menyebutnya sebagai negara nakal.