Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bendera Singapura (pixabay.com/davidrockdesign-2595351)
Ilustrasi Bendera Singapura (pixabay.com/davidrockdesign-2595351)

Intinya sih...

  • Kementerian Dalam Negeri Singapura mengonfirmasi akademisi Indonesia, Muhammad Zulfikar Rakhmat, diinterogasi di Bandara Changi karena membuat unggahan daring mendukung ISIS.
  • MHA menyebut tindakan interogasi sebagai bagian dari tugas menjaga negara dan ancaman keamanan bagi Singapura dan masyarakatnya.

Jakarta, IDN Times - Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA) mengonfirmasi akademisi Indonesia Muhammad Zulfikar Rakhmat menjadi sasaran wawancara dan pemeriksaan saat kedatangan di Bandara Changi. Insiden ini terjadi pada dua kesempatan terpisah di 2023.

MHA menyatakan, Zulfikar telah menarik perhatian keamanan Singapura.

“Contohnya, ia telah membuat unggahan daring yang mendukung tindakan ISIS,” kata MHA dikutip dari Channel News Asia, Jumat (16/5/2025).

Pada kesempatan tersebut, ia kemudian diizinkan masuk untuk menaiki penerbangan keberangkatan keesokan harinya.

1. MHA sebut tak ragu ambil tindakan jika mencurigakan

Potret Bandara Internasional Changi Singapura (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

MHA menyebutkan, mereka melakukan penahanan dan interogasi sebagai bagian dari tugas menjaga negara.

"Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan, termasuk berhenti di pos pemeriksaan kami untuk pemeriksaan dan wawancara, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, setiap orang asing yang kami nilai dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami," kata MHA.

Menurut mereka, masuk ke Singapura adalah hak istimewa. “Dan orang asing tidak boleh berharap untuk secara otomatis diberikan izin masuk, atau diizinkan masuk tanpa pemeriksaan sebagaimana yang kami anggap perlu,” sambung MHA.

2. Pemeriksaan terjadi di 2 kesempatan terpisah

Terminal 1 Arrival Immigration, Bandara Changi, Singapura (commons.wikimedia.org/Exec8)

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di situs web Middle East Monitor, yang menggambarkan dirinya sebagai lembaga penelitian media independen, Zulfikar menceritakan, ia ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi sebanyak dua kali pada 2023. Menurutnya, penginterogasiannya karena karyanya sebagai akademisi dan jurnalis yang menulis tentang masalah Timur Tengah, khususnya Palestina.

Kejadian pertama terjadi pada Februari 2023, saat transit melalui Singapura bersama istrinya dalam perjalanan kembali ke Indonesia dari Korea Selatan.

Zulfikar mengatakan, ia dihentikan di imigrasi dan dibawa ke sebuah ruangan tempat ia diinterogasi tentang latar belakangnya, riwayat perjalanan di Timur Tengah, serta karya akademis dan jurnalistiknya. Selain itu, telepon genggamnya juga disita dan diperiksa.

Ia menambahkan, kejadian serupa terjadi pada September 2023 ketika ia melewati Singapura dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Indonesia.

3. Seorang profesor penelitian di Busan University of Foreign Studies

Laman Channel News Asia, yang mengutip situs Middle East Monitor, menyebutkan Zulfikar adalah direktur bagian Indonesia-Timur Tengah dan Afrika Utara di Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS) di Jakarta, dan afiliasi penelitian di Middle East Institute, Universitas Nasional Singapura (NUS).

Di situs NUS Middle East Institute, ia tercantum sebagai penerima kehormatan dari departemen penelitiannya dan digambarkan sebagai profesor penelitian di Busan University of Foreign Studies.

Menurut situs tersebut, ia memiliki beberapa publikasi atas namanya, dan pendapatnya telah dipublikasikan di The Diplomat, Asia Sentinel, dan The Conversation.

Editorial Team