Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))
Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi bertemu sejumlah menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Presiden Palang Merah Internasional, dan Direktur Jenderal WHO dan Kominisioner Tinggi PBB untuk HAM di Jenewa, Swiss. Pertemuan itu membahas kondisi di Jalur Gaza.

"Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, para Menteri Luar Negeri OKI kembali menekankan pentingnya gencatan senjata, pentingnya full access untuk pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa kendala atau unhindered humanitarian assistance," kata Retno, dalam keterangannya, Rabu (13/12/2023).

"Bantuan kemanusiaan ini tidak mungkin dapat dilakukan secara mencukupi jika ceasefire dan de-eskalasi tidak dilakukan," lanjut dia.

1. Pentingnya gencatan senjata

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jenewa, Swiss. (dok. Kemlu RI)

Dari pertemuan-pertemuan tersebut, beberapa isu menonjol yang diangkat adalah semua pihak sepakat mengenai pentingnya gencatan senjata di Gaza.

"Semua sepakat mengenai pentingnya menambah pintu masuk untuk penyaluran bantuan kemanusiaan, semua juga sepakat mengenai pentingnya percepatan proses pengecekan pengiriman bantuan kemanusiaan," ucap Retno.

Karena selama proses pengecekan itu memerlukan waktu yang sangat panjang.

2. Situasi kemanusiaan di Gaza makin buruk

Selain itu, semua sepakat bahwa situasi kemanusiaan di Gaza semakin jelek.

"Dan mereka (orang-orang yang ditemui) mengatakan, tidak pernah melihat situasi seburuk yang terjadi saat ini di Gaza," ungkap Retno.

Dalam pertemuan-pertemuan tersebut kembali disampaikan adanya kekurangan obat-obatan yang masih terus terjadi dan kasus kelaparan mulai muncul.

3. Indonesia kecewa dengan veto AS di DK PBB

Ilustrasi rapat Dewan Keamanan PBB (twitter.com/louis charbonneau)

Di tengah situasi yang menyayat hati, Indonesia juga geram dengan Amerika Serikat (AS) yang memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait gencatan senjata di Jalur Gaza.

Posisi Indonesia sangat kecewa dan menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi tersebut, karena situasi di lapangan sudah mengkhawatirkan. Gencatan senjata sangat dibutuhkan supaya bantuan kemanusiaan bisa disalurkan.

Editorial Team