Menlu Retno Desak Perlindungan ke Rumah Sakit di Jalur Gaza

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mendesak agar fasilitas kesehatan di Jalur Gaza mendapat perhatian, khususnya tenaga kesehatan di sana.
Hal ini ia ungkapkan ketika menghadiri pertemuan khusus Executive Board World Health Organization (WHO) PBB di Jenewa, Swiss.
“Penting bagi Indonesia untuk hadir agar dapat langsung berkontribusi, mendesak pentingnya perbaikan fasilitas kesehatan, perlindungan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan, termasuk fasilitas Rumah Sakit Indonesia,” kata Retno, dalam keterangannya, Senin (11/12/2023)
Menurutnya, hanya 13 rumah sakit yang ada di Gaza yang masih beroperasi dan harus bekerja sampai 3 kali lipat setiap harinya.
1. Israel ubah Gaza jadi neraka

Retno mengutip data dari WHO di mana mereka menyebutkan bahwa ada penularan penyakit yang makin tinggi. Tercatat ada 130 ribu kasus infeksi pernapasan akut, 94 ribu kasus diare hingga 2.700 kasus cacar air.
“Israel telah mengubah Gaza menjadi seperti neraka. Jumlah orang yang meninggal terus meningkat,” ucap Retno.
2. Indonesia jadi co-sponsor resolusi soal kesehatan di Palestina
Selain itu, Retno menuturkan bahwa Indonesia telah menjadi co-sponsor resolusi PBB mengenai Kondisi Kesehatan di Daerah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur.
“Perintah Israel agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke gudang yang lebih kecil di Rafah merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan HAM,” tegas Retno.
3. Retno kecewa DK PBB gagal adopsi resolusi soal gencatan senjata

Sebelumnya, Retno mengutarakan kekecewaannya terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB terkait gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza yang gagal diadopsi.
“Saya sangat menyesalkan kegagalan DK PBB dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara termasuk Indonesia, ikut menjadi sponsor dalam resolusi tersebut,” kata Retno, dalam akun X @Menlu_RI.
Retno menegaskan, komunitas global tidak bisa terus diam saja dan tidak berdaya menyaksikan kekejaman dan pembunuhan terhadap warga Palestina di Gaza, khususnya perempuan dan anak-anak.