AS Buka Kesempatan Selandia Baru Gabung AUKUS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengungkap kesempatan terbuka lebar bagi Selandia Baru untuk terlibat proyek AUKUS. Adapun AUKUS adalah pakta keamanan trilateral antara AS, Inggris, dan Australia.
Blinken mengunjungi Selandai Baru dalam rangkaian lawatannya ke Pasifik pekan ini. Blinken juga bertemu dengan Perdana Menteri Selandia Baru, Chris Hipkins, dan Menlu Selandia Baru, Nanaia Mahuta.
“Saat kami mengembangkan AUKUS lebih lanjut, saya katakan, pintu terbuka untuk keterlibatan Selandia Baru,” kata Blinken, dikutip dari Straits Times, Kamis (27/7/2023).
Proyek kapal selam bertenaga nuklir AUKUS yang diumumkan pada Maret 2023 direncanakan rampung pada akhir 2030-an dan 2040-an.
1. Selandia Baru tetap teguh pada pendirian anti-nuklir
Sementara itu, Menlu Mahuta menegaskan bahwa Selandia Baru belum siap berkompromi atau mengubah posisinya terkait kawasan bebas nuklir.
“Kami terus mendukung Pasifik yang bebas nuklir,” ucap Mahuta.
Selandia Baru dan AS saat ini merupakan mitra strategis, meskipun aliansi mereka sempat ditangguhkan pada 1980-an silam karena Wellington melarang kunjungan kapal perang bertenaga nuklir milik Washington.
Baca Juga: China Sebut Perjanjian AUKUS Standar Ganda
2. Selandia Baru sempat khawatir dengan program AUKUS
Sementara itu, Selandia Baru sempat memiliki kekhawatiran lain soal AUKUS, termasuk bahwa ancaman terhadap Perjanjian Rarotonga, perjanjian yang menetapkan wilayah Pasifik Selatan bebas senjata nuklir.
“Kekhawatiran kami bukan melihat sisi militerisasi Pasifik, tapi soal Rarotonga,” ujar Mahuta, beberapa waktu lalu.
Australia sendiri merupakan negara yang meneken Perjanjian Rarotonga.
3. AUKUS dikritik oleh China
AUKUS terbentuk pada September 2021 dengan tujuan mempromosikan kawasan Indo Pasifik yang bebas, terbuka, aman dan stabil. Terang-terangan, pakta tiga negara ini juga ingin melawan pengaruh China di kawasan tersebut.
Namun, China balas mengkritik pakta ini dengan menyebut bahwa AUKUS hanya mementingkan kepentingan tiga negara tersebut dan cukup berbahaya bagi kawasan.
Baca Juga: Lewat AUKUS, Australia Bakal Punya 5 Kapal Selam Nuklir