AS Minta China Tak Campuri Pemilu Taiwan

AS dukung proses demokrasi di Taiwan

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) meminta China agar tidak ikut campur dalam pemilihan umum Taiwan yang akan digelar pada 13 Januari 2023.

Seorang pejabat pemerintahan senior AS menyatakan Negeri Paman Sam tidak memihak siapa pun dalam pemilu Taiwan. Namun, mereka meminta China agar tidak cawe-cawe.

“Kami menentang campur tangan atau pengaruh luar apapun dalam pemilu Taiwan. Terlepas dari siapa yang terpilih, kebijakan kami terhadap Taiwan akan tetap sama dan hubungan kami akan berlanjut,” kata pejabat tersebut, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (11/1/2024).

“Saya perhatikan bahwa pemilu adalah bagian dari proses demokrasi yang normal dan rutin. Beijing akan menjadi provokator jika memilih untuk merespons dengan tekanan atau adanya militer,” ucap pejabat tersebut.

Baca Juga: Profil 3 Kandidat Capres Taiwan Jelang Pemilu 2024, Siapa Saja?

1. AS akan kirim delegasi ke Taiwan usai pemilu selesai

Selain itu, AS berencana mengirim delegasi ke Taipei setelah pemilu Taiwan selesai. Pengiriman delegasi untuk mengadakan komunikasi langsung.

Pejabat anonim tersebut menambahkan, AS tetap konsisten dengan kebijakan Satu China.

“AS memiliki keyakinan penuh terhadap proses demokrasi di Taiwan. Mereka model demokrasi, tidak hanya di kawasan tapi juga global,” ungkapnya.

Baca Juga: Jual Senjata ke Taiwan, China Jatuhkan Sanksi terhadap 5 Perusahaan AS

2. Taiwan gelar pemilu 13 Januari 2023

Rakyat Taiwan akan memilih presiden baru pada Sabtu (13/1/2024). Sebanyak tiga kandidat mencalonkan diri dalam pemilihan presiden ini. Para pemilih juga akan menentukan 113 kursi di Legislatif Yuan (parlemen Taiwan).

Persaingan tahun ini akan menggantikan Presiden Tsai Ing-wen, yang secara konstitusional tak bisa mencalonkan diri lagi setelah dua periode masa jabatan.

Rendahnya upah dan melonjaknya harga rumah merupakan beberapa tantangan dalam negeri yang membebani para pemilih, terlepas faktor geopolitik.

China telah lama mengeklaim Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, tetapi hubungan keduanya memburuk dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Tsai dan Partai Progresif Demokratik (Democratic Progressive Party/DPP) yang berkuasa.

Baca Juga: Presiden Taiwan: Akur dengan China Harus dari Kemauan Rakyat

3. Siapa saja kandidat capres Taiwan?

Ada tiga nama yang mengajukan diri dalam kontestasi pemilu Taiwan. Mereka adalah Lai Ching-te atau William Lai, yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden.

Lai merupakan sosok yang gigih mempertahankan status quo Taiwan dan mengikuti jejak Tsai yang menolak klaim kedaulatan China.

Kedua, ada Hou Yu-ih, kandidat dari partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT). Pria berusia 66 tahun ini adalah Wali Kota New Taipei. KMT secara tradisional mendukung hubungan yang lebih erat dengan Beijing, tetapi dengan tegas menyangkal sikapnya yang pro-China.

Hou mengatakan, akan memulai kembali perundingan dengan Beijing, yang dimulai dengan acara tingkat rendah, seperti pertukaran budaya. Meski begitu, dia menolak model otonomi 'satu negara, dua sistem' (one China policy), tetapi di sisi lain sangat menentang kemerdekaan Taiwan.

Terakhir ada Ko Wen Je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP). Dia meraih ketenaran politik setelah memberikan dukungannya pada 'Gerakan Bunga Matahari' pada 2014. Saat itu, para mahasiswa memimpin protes terhadap apa yang mereka lihat sebagai pengaruh China yang semakin besar terhadap Taiwan.

Pria berusia 64 tahun ini menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat perubahan yang sebenarnya, karena fokusnya pada isu-isu penting, seperti tingginya biaya perumahan.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya