Baku Tembak Terjadi saat Penyaluran Bantuan ASEAN ke Myanmar 

Penyaluran bantuan ke Myanmar dilakukan kemarin

Jakarta, IDN Times - Presiden RI Joko "Jokowi" Widodo mengungkapkan terjadi baku tembak di Myanmar saat proses penyaluran bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang difasilitasi AHA Centre (badan kemanusiaan ASEAN).

Hal itu menghambat akses penyaluran bantuan kemanusiaan tersebut.

"Kemarin AHA Centre didampingi tim monitoring ASEAN, menyerahkan bantuan kemanusiaan. Namun di tengah perjalanan terjadi baku tembak," kata Jokowi, dalam konferensi pers di Labuan Bajo, Senin (8/5/2023).

Baca Juga: Menlu Retno Upayakan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Myanmar 

1. Indonesia berhasil mengatasi hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan

Baku Tembak Terjadi saat Penyaluran Bantuan ASEAN ke Myanmar AHA Centre. (dok. ahacentre.org)

Jokowi menegaskan bahwa Indonesia, sebagai ketua ASEAN 2023, telah berhasil memfasilitasi AHA Centre untuk menyalurkan bantuan ke Myanmar meski diwarnai hambatan tersebut.

"Berbagai upaya telah kita lakukan. Keketuaan Indonesia mampu memfasilitasi AHA Centre, sehingga kebutuhan bantuan kemanusiaan yang sempat tertunda, mampu diselesaikan," kata Jokowi.

Terlepas dari itu, Indonesia menyerukan agar semua pihak hentikan kekerasan. Jokowi menegaskan aksi kekerasan hanya membuat rakyat menjadi korban.

"Kondisi ini tidak membuat siapa pun menang," imbuhnya.

Baca Juga: Diplomasi Diam-diam ala Menlu Retno Atasi Krisis Myanmar

2. Jokowi minta semua pihak berdialog

Baku Tembak Terjadi saat Penyaluran Bantuan ASEAN ke Myanmar Presiden RI Joko Widodo di Labuan Bajo. (dok. Youtube Setpres RI)

Selain itu, Jokowi juga minta agar semua pihak di Myanmar duduk bersama dan berdialog agar krisis di negara tersebut bisa terselesaikan.

“Saya mengajak marilah kita duduk bersama ciptakan ruang dialog untuk mencari solusi bersama,” kata Jokowi.

Baca Juga: Tantangan Besar dalam Upaya Pembebasan WNI di Myanmar 

3. Lima Poin Konsensus yang diabaikan Myanmar

Baku Tembak Terjadi saat Penyaluran Bantuan ASEAN ke Myanmar Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Sementara itu, selama dua tahun terakhir paskakudeta, junta militer Myanmar masih mengabaikan kesepakatan Lima Poin Konsensus.

Penyepakatan Lima Poin Konsensus ini digelar di Jakarta pada 24 April 2021 silam dan dihadiri oleh para pemimpin ASEAN, termasuk pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing.

Berikut isi dari Lima Poin Konsensus:
1. Kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri
2. Dialog konstruktif di antara semua pihak terkait harus segera dimulai untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat
3. Utusan Khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN
4. ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre
5. Utusan Khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya