Cerita Ramadan dari Fiji: Toleransi di Negeri Minoritas Muslim

Ambassador's Talk IDN Times-Kemlu RI dengan Dubes RI di Suva

Jakarta, IDN Times - Seperti apa Ramadan di negara di mana Islam menjadi agama minoritas? Duta Besar RI untuk Fiji, Kiribati, Nauru dan Tuvalu yang berkedudukan di Suva, Benyamin Scott Carnadi berbagi pengalamannya tentang suasana Ramadan di Republik Fiji kepada IDN Times.

Fiji, Kiribati, Nauru dan Tuvalu adalah kepulauan di sebelah selatan Samudera Pasifik, sebelah timur laut Selandia Baru. Dubes Ben, begitu dia biasa disapa, sudah menjabat sebagai Dubes RI yang berkedudukan di Suva, ibu kota Fiji, sejak 2018.

Sebelumnya, dia menjabat sebagai Direktur Kerja Sama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI. Dubes Ben juga pernah ditempatkan di perwakilan Indonesia di Washington DC, Manila dan Sekretariat APEC di Singapura.

Kini, melalui program Ambassador’s Talk Spesial Ramadan by IDN Times yang berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri RI, Dubes Ben akan berbagai cerita tentang Fiji.

Berikut petikan wawancara IDN Times dengan Dubes Ben.

Bagaimana rasanya puasa di Fiji? Apa yang dirindukan dari berpuasa di Indonesia?

Kalau di Fiji beda 5 jam dari Indonesia ya, jadi duluan kami. Waktu puasanya kurang lebih sama seperti di Indonesia, 13 jam. Rindu berpuasa di Indonesia adalah acara-acara sahur dan berbuka di televisi, yang seperti itu tidak ada di sini, jadi kami mengikuti dari YouTube saja.

Masyarakat muslim di sini juga hanya empat persen dari total 900 ribu penduduk Fiji. Tapi pemerintah Fiji adalah pemerintahan yang bhineka, tidak ada perbedaan. Jadi, kita nyaman puasa di sini.

Bagaimana penentuan bulan Ramadan dan Idul Fitri nanti?

Di sini ada organisasi namanya Fiji Moslem League, yang terdiri dari keturunan muslim India dan Pakistan. Karena dulu Fiji dijajah Inggris, dari jajahan ini masuklah orang-orang India dan Pakistan.

Setiap awal akan masuk Ramadan, liga ini mengadakan sidang Isbat tapi lebih ke melihat bulan. Dan puasa kita di sini juga mulai belakangan dari di Indonesia, yaitu 4 April. Dan Idul Fitrinya juga pasti mundur sehari dari Indonesia.

Ada tradisi tertentu saat menyambut Ramadan?

Cerita Ramadan dari Fiji: Toleransi di Negeri Minoritas MuslimColo-I-Suva Forest Park (instagram.com/jon_tonks)

Kalau tradisi tertentu tidak ada. Tentu tidak ada munggahan seperti di Indonesia. Yang menandai mulainya Ramadan adalah antar keluarga muslim ini berkirim makanan.

Bagaimana keberadaan masjid di sana?

Kalau masjid, di sini lumayan banyak, karena ada keturunan India Pakistan yang saya sebut tadi. Kala itu, mereka investasi tanah di sini dan dari tanah-tanah wakaf itu dibangun masjid. Saat ini ada 60 masjid di pulau ini.

Ada kegiatan Ramadan di KBRI dan salat Id nanti?

Karena situasi pandemik, dari tahun lalu tidak ada salat Id di KBRI. Kami mengikuti panduan dari Indonesia yaitu di dalam keluarga masing-masing. Kalau untuk buka bersama, kami menyesuaikan kondisi.

Di Fiji sendiri sudah melandai untuk pandemik, tetapi protokol kesehatan masih diupayakan, terutama di KBRI. Kita menjaga jangan sampai ada anggota keluarga KNRI yang tertular karena fasilitas kesehatan di sini masih sangat minim, berbeda dengan di Indonesia.

Berapa banyak WNI di Fiji?

Cerita Ramadan dari Fiji: Toleransi di Negeri Minoritas MuslimSuva Fiji Temple (instagram.com/temples4eternity)

Sebelum pandemik, lumayan banyak. Ada yang bekerja di perusahaan-perusahaan Fiji sebagai tenaga kerja. Tetapi karena pandemik, mereka pulang ke Indonesia. Mungkin baru akhir tahun akan kembali ke sini.

Saat ini, total ada 30 WNI termasuk keluarga KBRI. Yang kerja di organisasi internasional dan hotel-hotel juga ada, mungkin 5-6 orang.

Bagaimana toleransi warga terhadap umat muslim sebagai minoritas di Fiji?

Cukup baik, walaupun mayoritas di sini adalah Nasrani, tetapi mereka menghargai agama lain. Selain muslim, di sini juga ada Hindu dan keturunan Tiongkok. Ada agamanya sendiri-sendiri tetapi tidak pernah ada diskriminasi atau halangan.

Apa makanan khas Fiji? Ada makanan Indonesia yang dijual di sana?

Makanan Fiji ini mirip dengan makanan kita di Indonesia timur. Banyak yang dimasak di dalam tanah namanya lovo. Selain itu mayoritas ikan, seperti sashimi. Selain itu, terpengaruh dengan makanan India dan Pakistan.

Tetapi di hotel-hotel ada makanan seperti nasi goreng dan mie goreng, karena tidak ada restoran Indonesia di sini. Kalau makanan khas Indonesia ya adanya hanya di Wisma Indonesia atau tempat tinggal duta besar.

Apa saja produk Indonesia yang masuk ke Fiji?

Banyak, tentunya mie instan ya. Lalu ada semen, sampo, pasta gigi dan lotion. Perdagangan kita juga surplus 98 persen, yaitu banyak barang Indonesia yang masuk ke Fiji.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya