Digempur AS dan Inggris, Siapa Milisi Houthi?

Houthi menguasai beberapa wilayah di Yaman

Jakarta, IDN Times - Yaman adalah salah satu negara di Timur Tengah yang paling parah terdampak dalam konflik perang saudara. Konflik telah terjadi selama bertahun-tahun dan mengakibatkan ratusan ribu orang mengungsi dari negaranya sendiri.

Salah satu kelompok yang dianggap menjadi dalang dalam konflik di Yaman tersebut adalah kelompok Houthi atau Hutsi yang memiliki nama resmi Ansharallah yang berarti Penolong Agama Allah.

Kelompok ini mulai eksis pada tahun 1990-an dan dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya. AS dan sekutunya juga menuding bahwa Iran menyokong Houthi, sama seperti Iran mendukung Hizbullah.

Lantas siapa sebenarnya kelompok Houthi ini?

Baca Juga: AS-Inggris Gempur Houthi di Yaman!

1. Houthi merupakan minoritas Syiah di Yaman

Digempur AS dan Inggris, Siapa Milisi Houthi?twitter.com/Aaliielyemeni

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (13/1/2024), Houthi terbentuk pada 1990-an untuk memerangi pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang dituding melakukan korupsi di Yaman.

Houthi sendiri berasal dari Zaidi dan merupakan kelompok minoritas Muslim Syiah di Yaman. Mereka menyebut diri mereka sebagai poros perlawanan bersama Hamas dan Hizbullah untuk melawan Israel, AS dan para negara-negara Barat.

Houthi sempat mendapat dukungan politik di Yaman pada 2014 untuk melawan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Bahkan, mereka bekerja sama dengan Saleh, sang mantan presiden untuk mengembalikannya ke kursi presiden. Namun, Saleh dibunuh oleh Houthi ketika berupaya berpihak pada Arab Saudi.

Houthi menguasai Provinsi Saada di Yaman utara dan berhasil merebut ibu kota Sana’a pada 2015. Aksi Houthi ini pun dihadang oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain yang melakukan serangan militer ke Yaman untuk menggulingkan Houthi.

Baca Juga: Digempur AS-Inggris, Houthi Tetap Sasar Kapal Israel di Laut Merah

2. Houthi serang kapal Israel di Laut Merah sebagai bukti membela Palestina

Konflik di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang menyebabkan 23 ribu orang tewas juga sebagai salah satu alasan Houthi menargetkan kapal-kapal Israel di Laut Merah.

Houthi juga menyatakan dukungannya kepada Hamas dan berjanji akan menargetkan semua kapal Israel serta kapal-kapal internasional yang menuju Israel.

Dalam kondisi ini, AS menuding Iran terlibat dalam serangkaian serangan kapal komersial di Laut Merah yang dilakukan Houthi. Gedung Putih mengatakan Houthi yang didukung Iran terus melancarkan serangan ke kapal sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza. Mereka menuduh para pemimpin Teheran menyediakan drone dan rudal kepada Houthi.

"Kami tahu bahwa Iran sangat terlibat dalam perencanaan operasi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah," kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Desember 2023 lalu.

3. AS balas serang Houthi di Yaman

Koalisi AS dan Inggris menggempur milisi Houthi di Yaman, sebagai balasan karena aksi pembajakan kapal di Laut Merah pada Jumat pagi kemarin, waktu setempat. Serangan juga masih berlangsung hingga hari ini.

Ledakan terdengar di beberapa kota yang dikuasai Houthi. Adapun kota-kota tersebut adalah Sana’a, Hudaidah, Dhammar, Sa’da, Hajjah dan Taiz.

Pejabat Houthi bernama Abdul Qader Al Mortada mengatakan bahwa serangan masih berlangsung di beberapa kota di Yaman pada Jumat dini hari, waktu setempat. 

"Koalisi AS, Zionis Israel dan Inggris terhadap Yaman terus berlangsung. Mereka melancarkan beberapa serangan di ibu kota, Sanaa, Hodeidah, Saada, dan Dhamar," kata Al-Mortada.

Baca Juga: Hadapi Houthi, Uni Eropa Ingin Kirim Kapal Perang ke Laut Merah

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya