Haiti Memanas, KBRI Siapkan Rencana Evakuasi untuk 7 WNI

Tujuh WNI bekerja sebagai spa terapis di Haiti

Jakarta, IDN Times - Haiti dalam keadaan darurat. Hal ini disebabkan oleh kekerasan yang meningkat di negara tersebut, akibat geng kriminal nekat membobol penjara pada Sabtu lalu.

Saat ini, geng bersenjata tersebut berusaha menguasai bandara internasional utama Haiti dalam serangkaian serangan terbarunya. Terkait kondisi saat ini, KBRI Havana yang merangkap wilayah kerja Haiti mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Haiti untuk waspada dan tidak keluar rumah sementara waktu.

“Total ada 7 WNI yang ada di Haiti, mereka bekerja sebagai spa terapis. KBRI Havana terus berkomunikasi dengan para WNI di Port au Prince,” kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Menurut Judha, saat ini rencana kontijensi sudah dipersiapkan jika memang 7 WNI tersebut harus dievakuasi dari Haiti.

Geng kriminal di Haiti sudah menguasai 80 persen dari negara tersebut dan mengakibatkan 12 orang tewas.

Baca Juga: Kekerasan Meningkat, AS Minta Warganya Segera Tinggalkan Haiti

1. KBRI Havana terus memantau perkembangan Haiti

Sementara itu, dikutip dari laman Instagram @indonesiainhavana, KBRI Havana menegaskan akan terus memantau perkembangan di Haiti dan berkoordinasi dengan beberapa WNI di Republik Dominika, jika terjadi eskalasi keamanan yang makin memburuk.

“Imbauan untuk tidak keluar rumah dan terus waspada menghindari daerah konflik terus kami sampaikan ke 7 WNI. Hotline KBRI juga siap jika terjadi hal-hal yang membahayakan, mereka diharap langsung menghubungi,” sebut pernyataan dari KBRI Havana.

Rencana kontijensi yang diungkap Judha juga dipaparkan oleh KBRI Havana di mana ada rencana evakuasi via darat ke Republik Dominika, sekitar satu jam dari Haiti.

“Kami mendorong agar WNI keluar dari Haiti dan mencari pekerjaan di negara Karibia lainnya yang lebih aman,” lanjut pernyataan tersebut.

Saat ini, Haiti memberlakukan status darurat sampai 72 jam ke depan sejak Senin, 4 Maret 2024.

2. Kekerasan terjadi saat PM Haiti ke Kenya

Lonjakan kekerasan dimulai pada Kamis (29/2/2024), ketika Perdana Menteri Haiti Ariel Henry melakukan perjalanan ke Kenya untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional ke Haiti.

Henry, yang berkuasa setelah kematian Moise pada 2021, telah berjanji untuk mundur pada awal Februari, namun hal itu tidak terjadi. Dia mengatakan bahwa keamanan harus dibangun kembali untuk menjamin pemilu yang bebas dan adil.

Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan warga Haiti telah melancarkan protes untuk menuntut Henry mundur lantaran janji pemilu tersebut diingkarinya.

3. Hampir 4 ribu narapidana kabur dari penjara

Pemerintah Haiti pada Minggu (3/3/2024) juga menerapkan jam malam usai kelompok bersenjata menyerbu penjara besar di Port-au-Prince sehari sebelumnya. Setidaknya 3.700 narapidana melarikan diri dalam pembobolan tersebut.

Pintu penjara masih terbuka dan tidak ada tanda-tanda petugas polisi di Lembaga Pemasyarakatan Nasional pada Minggu. Tiga narapidana yang mencoba melarikan diri tergeletak tewas di halaman.

Seorang pekerja sukarelawan di penjara itu mengatakan bahwa 99 tahanan, termasuk para mantan tentara Kolombia yang diduga terlibat dalam pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021, memilih untuk tetap berada di sel mereka karena takut terbunuh dalam baku tembak. Selain penjara di ibu kota, geng-geng juga menyerbu penjara di dekat Croix des Bouquets pada akhir pekan.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya