Indonesia Dinilai Belum Perlu Punya Hubungan dengan Israel
![Indonesia Dinilai Belum Perlu Punya Hubungan dengan Israel](https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20240229/dino-493de80ee67c8a283f893f84bded5ac7_600x400.jpeg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus mantan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Dino Patti Djalal menilai Indonesia belum perlu menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, terkait isu Palestina.
“Belum perlu dulu. Yang jelas, kalau kita masuk ke lingkaran itu ada negara-negara yang mempunyai hubungan dengan Israel. Amerika Serikat (AS), Jerman punya, Turki juga. Sementara kita mungkin mendorong Palestina-nya ya, jadi tidak mutlak harus punya (hubungan dengan Israel),” kata Dino, kepada awak media di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Baca Juga: AS Desak Israel Izinkan Muslim Ibadah di Al-Aqsa Selama Ramadan
1. Israel harus mau duduk dengan Palestina
Di samping itu, menurutnya, sikap negara-negara yang mengusung Two State Solution selama ini masih retorika, termasuk Indonesia.
“AS, negara-negara Arab, Indonesia, belum ada yang berangkat lebih jauh dari retorika. Kuncinya apa kalau Two State Solution kan Israel dan Palestina harus duduk sama-sama. Tapi Israel tidak mau,” tutur dia.
Baca Juga: Pasukan PBB: Konflik di Perbatasan Lebanon-Israel Harus Berhenti!
Editor’s picks
2. Indonesia bukan pemain kunci isu Israel-Palestina
Menurut Dino, posisi Indonesia yang terletak di Asia Tenggara juga menjadi alasan. Indonesia bukan pemain kunci di permasalahan tersebut.
“Kita harus realistis ya bahwa Asia Tenggara itu kan bukan pemain inti dalam masalah Palestina. Realitanya begitu, kita ini bukan pemain lini satu untuk masalah konflik ini,” ungkap Dino.
Baca Juga: Biden: Israel Setuju Setop Serangan Selama Ramadan
3. Arab Saudi lebih bisa memainkan peran
Sementara itu, Dino menambahkan Arab Saudi lebih bisa memainkan peran dan memiliki kredibilitas tersebut.
“Kalau menurut saya, ya Saudi, karena deal-nya jelas dan punya kredibilitas serta otorias untuk masalah ini. Arab Saudi juga deal-nya ada. Kita bikin deal dulu (Palestina merdeka) kalau sudah nanti baru normalisasi dengan Israel. Saya kira posisi Indonesia tidak terlalu jauh dari posisi Saudi,” katanya.