Kerusuhan Prancis Meluas ke Swiss, 6 Remaja Ditangkap

Kerusuhan kecil terjadi di Lausanne

Jakarta, IDN Times - Kerusuhan di Prancis mulai merambat ke negara tetangga, yakni Swiss, tepatnya di kota Lausanne. Lausanne adalah kota yang penduduknya berbahasa Prancis. 

Dilansir dari Channel News Asia, Senin (3/7/2023), setidaknya 6 remaja ditangkap karena mereka melemparkan batu ke sejumlah toko di Lausanne pada Sabtu (1/7/2023) malam kemarin.

Aksi ini pun diikuti oleh remaja lainnya yang merusak sejumlah toko di pusat kota. Selain batu, mereka juga melemparkan bom molotov.

1. Anak muda terinspirasi kerusuhan di Prancis

Tak diketahui apa tujuan mereka menyerang pusat kota Laussane. Namun, kepolisian setempat menduga mereka terinspirasi dari kerusuhan di Prancis.

Polisi membeberkan bahwa ada 3 gadis berusia 15-16 tahun yang ditangkap, yang merupakan warga negara Bosnia, Portugal dan Somalia. Sementara 3 laki-laki lainnya adalah warga negara Swiss, Georgia dan Serbia.

Baca Juga: Kian Memanas, Prancis Kerahkan 45.000 Polisi dan Kendaraan Lapis Baja

2. Lebih dari 1.500 orang ditangkap di Prancis

Memasuki hari ke-4 kerusuhan di Prancis, setidaknya lebih dari 1.500 orang telah ditangkap. Pemerintah Prancis menyatakan bahwa situasi di ibu kota Paris sudah bisa terkendali.

Namun, kekacauan masih dilaporkan terjadi di kota-kota lain termausk Marseille, di mana 87 orang telah ditangkap. Wali kota Marseille bahkan meminta kepada pemerintah agar pasukan tambahan segera dikirim.

Kerusuhan pecah di pinggiran kota Paris akibat polisi menembak satu remaja berusia 17 tahun bernama Nahel M. Ia ditembak dari jarak dekat oleh polisi, pada pekan ini.

3. Asal mula terjadinya demo besar-besaran di Prancis.

Demonstrasi ini berawal dari penembakan polisi terhadap seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel M. Awalnya, Nahel diduga melanggar peraturan lalu lintas di Nanterre pada Selasa (27/6/2023) lalu.

Dua polisi dilaporkan berusaha menghentikan kendaraan Nahel dan salah satu dari mereka mengarahkan senjata. Polisi tersebut lantas menembak Nahel dari jarak dekat saat ia mencoba pergi. Kondisi ini membuat publik Prancis marah karena aksi sembrono dari polisi tersebut.

Nahel dilaporkan mengendarai mobil dengan plat nomor Polandia dengan membawa dua penumpang. Menurut ketentuan Prancis, usia 17 tahun disebut terlalu muda untuk memiliki SIM.

Usai berita penembakan itu tersebar ke seluruh negeri, pecahlah protes dari masyarakat malam itu juga. Pemerintah lantas mengerahkan 45 ribu petugas polisi untuk menghadang ribuan pedemo.

Baca Juga: 1.500 Orang Ditangkap dalam Kerusuhan Prancis

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya