Kiamat Nuklir Makin Dekat Gegara Barat Pasok Bantuan ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Eks Presiden Rusia yang juga Wakil Kepala Dewan Keamanan Dmitry Medvedev mengatakan, konflik nuklir masih terus ada dalam konflik Rusia dan Ukraina.
“Pasokan bantuan, militer, artileri dari asing (negara Barat) untuk Ukraina, akhirnya akan membawa kiamat nuklir makin dekat,” kata Medvedev, dikutip dari Anadolu, Jumat (24/3/2023).
Ia juga menilai bahwa negara-negara Barat meremehkan Rusia dalam mempertahankan kepentingannya terkait konflik ini.
“Ketika Rusia diberi jaminan keamanan yang kami minta sejak Desember tahun lalu, mungkin sekarang berbeda kondisinya,” ucap dia.
Baca Juga: Eks Presiden Rusia Ancam Rudal Markas ICC di Den Haag Terkait Putin
1. Operasi militer dari NATO ke Rusia
Sementara itu, Medvedev mengatakan, jika Ukraina bergabung dengan NATO, bisa saja NATO bakal meluncurkan operasi militer terhadap Rusia.
“Terutama soal Krimea. Kami menganggapnya wilayah kami, mereka menganggap itu wilayah mereka. Jadi jika mereka bergabung dengan NATO dan bisa saja mereka melancarkan operasi besar-besaran ke negara kami,” ujar Medvedev.
2. Ancam rudal markas ICC
Editor’s picks
Selain itu, Medvedev beberapa hari yang lalu melayangkan ancaman terhadap Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC, karena memerintahkan menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Medvedev mengancam akan merudal markas ICC di Den Haag, Belanda, dengan rudal hipersonik.
Sebelumnya, ICC telah mengeluarkan surat penangkapan untuk Putin atas dugaan skema mendeportasi paksa anak-anak Ukraina ke Rusia.
“Para hakim ICC melakukan hal sia-sia. Mereka mengatakan bahwa mereka berani dan bisa melawan negara nuklir terbesar tanpa membahayakan diri mereka sendiri. Ayolah, semua orang berjalan di bawah kehendak Tuhan dan rudal,” kata Medvedev.
3. ICC tidak punya pasukan kepolisian untuk penangkapan
Terkait perintah penangkapan Putin ini, sejumlah pihak meragukan bahwa Putin akan benar-benar dapat diadili.
Sebab, ICC tidak memiliki pasukan kepolisian sendiri untuk melakukan penangkapan dan hanya bergantung dengan bantuan negara anggota lain. Sedangkan, Rusia bukan merupakan anggota ICC.
Sebelum Putin, ada Presiden Sudan Omar al-Bashir, pemimpin Libya Muammar Khadafi, dan Presiden Kenya Uhuru Kenyatta yang pernah didakwa ICC.
Baca Juga: Selain Vladimir Putin, Ini 3 Kepala Negara yang Pernah Didakwa ICC