Korban Tewas Konflik Sudan Capai 427 Orang!

Korban luka bahkan mencapai 3.500 orang

Jakarta, IDN Times - Setidaknya 427 orang telah tewas di seluruh Sudan akibat konflik bersenjata antara militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Konflik ini pecah sejak 15 April 2023.

Dilansir dari Sudan Tribune, Selasa (25/4/2023), konflik pun tak menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama di ibu kota Khartoum.

Selain itu, lebih dari 3.500 orang juga telah terluka karena pertempuran ini.

Baca Juga: Konflik Membara, Warga Asing Mulai Dievakuasi dari Sudan 

1. Warga asing sudah mulai dievakuasi

Korban Tewas Konflik Sudan Capai 427 Orang!WNI yang dievakuasi dari Sudan 23 April 2023. (dok. KBRI Khartoum)

Sementara itu, warga asing yang berada di Sudan sudah mulai dievakuasi sejak Sabtu (22/4/2023). Amerika Serikat (AS) bahkan lebih dulu mengevakuasi para staf diplomat dan keluarganya ke Ethiopia.

Indonesia juga telah mengevakuasi 538 WNI dari Sudan yang nantinya akan dibawa ke Jeddah. Tim evakuasi dari Indonesia yang terdiri dari TNI AU pun sudah berangkat ke Jeddah untuk membantu proses evakuasi ke tanah air.

Evakuasi tahap kedua pun segera dilakukan di mana ada 200 lebih WNI yang masih menunggu di Khartoum.

Baca Juga: 538 WNI Berhasil Dievakuasi dari Sudan 

2. Koneksi internet putus total

Korban Tewas Konflik Sudan Capai 427 Orang!Kondisi Sudan saat ini, 23 April 2023. (dok. KBRI Khartoum)

Sejak Minggu kemarin, koneksi internet di Sudan juga dilaporkan diputus total. Meski ada pengumuman gencatan senjata, namun tembakan dan ledakan masih terdengar di penjuru Ibu Kota.

Selain internet diputus, masyarakat lokal maupun asing yang masih berada di Sudan mengaku kesulitan mencari makanan.

Baca Juga: Cerita WNI Soal Konflik Sudan: Barang Saya Masih di Khartoum

3. Perang saudara antara militer dan RSF

Kedua belah kubu ini mulanya adalah sekutu. Pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF Jenderal Mohammed Hamdan ‘Hemedti’ Dagalo kini menjadi rival.

Pada Oktober 2021, al-Burhan dan Hemedti mengatur kudeta. Mereka menghentikan pemerintahan transisi pascapenggulingan Omar al-Bashir pada 2019. Al-Burhan merupakan tentara karir dari pemerintahan, sementara Hemedti merupakan pejuang demokrasi dan hak rakyat Sudan.

RSF sendiri dibentuk pada 2013 silam. Awalnya mereka dituding sebagai milisi Janjaweed yang melakukan kejahatan HAM di Darfur, selama konflik tahun 2000-an.

Pemerintah menggunakan Janjaweed untuk membantu militer menghentikan pemberontakan. Pada 2017, UU yang melegitimasi RSF sebagai pasukan keamanan independen disahkan.

Meski menjadi sekutu dari Omar al-Bashir, Hemedti juga mengambil bagian ketika menggulingkan al-Bashir dari kursi presiden pada 2019.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya