Kudeta Gabon, Kemlu: 708 WNI dalam Kondisi Aman

Mereka tinggal jauh dari ibu kota Libreville

Jakarta, IDN Times - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha mengungkapkan, KBRI Abuja dan Konsul Kehormatan RI di Gabon terus memantau situasi usai kudeta militer yang terjadi di negara tersebut.

“Mereka saat ini dalam keadaan aman dan tenang. Terdapat 708 WNI yang tinggal di Gabon, mayoritas adalah pekerja migran yang bekerja di industri perkayuan yang tinggal jauh dari Libreville,” kata Judha, dalam keterangannya, Kamis (31/8/2023).

“KBRI juga telah sampaikan imbauan kepada para WNI agar terus waspada dan mengikuti perkembangan situasi, serta jika mengalami permasalahan segera menghubungi hotline KBRI Abuja,” lanjut Judha.

Baca Juga: Militer Gabon Ambil Alih Kekuasaan Usai Dugaan Kecurangan Pilpres

1. Militer kudeta pemerintah Gabon

Petinggi militer Gabon, pada Rabu (30/8/2023), mengumumkan pengambilalihan kekuasaan negara di tengah dugaan kecurangan penyelenggaraan pilpres pekan lalu. Mereka pun menyatakan pembatalan pemilu dan pembubaran seluruh institusi negara. 

Pada Senin, calon presiden oposisi Gabon, Albert Ondo Ossa, menduga terdapat kecurangan dalam pilpres tahun ini. Ia dan tim suksesnya pun meminta agar calon petahana, Presiden Ali Bongo, untuk mengakui kekalahannya dan menyerahkan kekuasaannya kepada oposisi. 

Militer Gabon mengumumkan, pernyataannya terkait pembubaran institusi negara dan menginstruksikan penutupan seluruh perbatasan negara sampai waktu yang tidak ditentukan.

2. Presiden Ali Bongo ditahan usai kudeta

Sementara itu, Presiden Gabon Ali Bongo ditahan usai militer mengkudeta negara itu. Bongo menjadi tahanan rumah setelah ia diumumkan jadi pemenang dalam pemilu.

Putranya, Noureddin Bongo Valentin dan beberapa orang pengikutnya, juga ditahan karena diduga terlibat korupsi dan pengkhianatan.

3. Terdengar suara tembakan di Libreville

Bersamaan dengan pengumuman dari militer, dikabarkan terdapat suara tembakan di ibu kota Libreville pada pagi hari. Namun, belum diketahui secara pasti apakah terjadi kerusuhan di Gabon. 

Sejak Sabtu (26/8/2023) malam, pemerintah Gabon telah menetapkan aturan jam malam untuk mencegah terjadinya kerusuhan usai pemilu. Bahkan, pemerintah juga memblokir akses internet dan media dengan dalih mencegah penyebaran informasi menyimpang. 

Dilaporkan The Guardian, tidak adanya pengawas pemilu internasional dan pembatasan akses berita dari luar negeri membuat pemilu kali ini diliputi dugaan kecurangan dan manipulasi hasil suara. Bahkan, sejumlah pihak menyebut pemilu Gabon tidak transparan. 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya