Menlu RI Dorong Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional 

Mochtar Kusumaatmadja berkontribusi untuk polugri RI

Jakarta, IDN Times - Sosok Profesor Mochtar Kusumaatmadja kini diajukan agar mendapatkan gelar pahlawan nasional. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menganggap pengajuan tersebut sangatlah pantas mengingat jasanya bagi sejarah politik luar negeri Indonesia.

Mochtar Kusumaatmadja merupakan mantan Menlu RI (1978-1988), mantan Menteri Kehakiman RI (1974-1978), Guru Besar Universitas Padjajaran, serta budayawan dan akademisi.

"Beliau berperan penting memperjuangkan pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan. Ini sebuah capaian yang luar biasa, kemenangan dan kulminasi perjuangan diplomasi selama 25 tahun. Sebuah deklarasi uniteral, Deklarasi Juanda yang menjadi hukum internasional yang diakui dalam Konvensi Hukum Laut 1982 atau biasa kita sebut UNCLOS 1982," kata Retno dalam sambutannya di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Rabu (25/5/2023).

Kala itu, Indonesia berhasil memperoleh wilayah perairannya tanpa mengangkat senjata. Perairan Indonesia tidak lagi terpecah wilayahnya, namun jadi lebih utuh sebagai NKRI.

“UNCLOS 1982 ini akan terus digunakan Indonesia di dalam memperjuangkan hak-haknya termasuk di Laut China Selatan,” tegas Retno.

1. Soft power diplomacy ala Mochtar Kusumaatmadja

Menlu RI Dorong Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional Pengusulan gelar pahlawan nasional Prof. Mochtar Kusumaatmadja. (IDN Times/Sonya Michaella)

Selain itu, Retno menyatakan Mochtar juga menerapkan soft power diplomacy pada masanya, dan pada akhirnya dipakai pula oleh para diplomat Indonesia hingga saat ini.

"Prof Mochtar juga mengedepankan soft power diplomacy. Sebagai budayawan, beliau paham pentingnya kebudayaan sebagai aset. Beliau sukses mempromosikan budaya Indonesia di kancah internasional,” tutur Retno.

Mochtar tercatat pernah mendirikan Restoran Nusantara Indonesia di New York, Amerika Serikat (AS) pada 1986, lalu Nusantara Chamber Orchestra pada 1988 dan Pameran Kebudayaan Indonesia di AS pada 1990-1991.

"Ini dilakukan demi membangun citra positif Indonesia di mata dunia, memperkuat jembatan kebudayaan Indonesia dengan negara lain. Di dalam negeri, beliau membangun museum Konferensi Asia Afrika dan museum ini menjadi pengingat tonggak kepemimpan Indonesia untuk insipirasi kemerdekaan banyak bangsa di dunia saat itu," katanya.

Baca Juga: Menlu Retno: ASEAN Tak Mau Indo-Pasifik Jadi Teater Kekuatan Besar

2. Inisiasi mediasi Vietnam dan Kamboja

Menlu RI Dorong Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional Pengusulan gelar pahlawan nasional Prof. Mochtar Kusumaatmadja. (IDN Times/Sonya Michaella)

Mochtar juga berperan dalam menginisiasi mediasi antara Vietnam dan Kamboja yang berkonflik pada 1977 hingga 1989 silam. Dari sini, terbuka jalan bagi kedua belah pihak dalam melakukan perdamaian.

"Upaya diplomasi untuk kedua negara, beliau membuka jalan bagi rangkaian proses perdamaian dengan menghasilkan Ho Chi Minh City Understanding yang kemudian menjadi landasan pelaksanaan Jakarta Informal Meeting hingga berujung ke Paris Peace Agreement yang sampai saat ini masih terus diingat oleh Kamboja dan Vietnam," ujar Retno.

3. Jadi karakteristik politik luar negeri Indonesia

Menlu RI Dorong Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional Mochtar Kusumaatmadja/Unpad.ac.id

Retno mengungkapkan pemikiran Mochtar untuk memajukan hukum internasional, soft power diplomacy, dan kiprah Indonesia di dunia internasional tersebut, menjadi karakterisitik politik luar negeri Indonesia yang terus bertahan hingga sekarang. Dari sinilah, menurut Retno, gelar pahlawan nasional layak diberikan kepada Mochtar.

"Kontribusi beliau membuat Indonesia tetap dapat berdiri tegak untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan terus berupaya untuk berkontribusi menciptakan perdamaian dunia," ujar Retno.

"Bagi saya, Prof Mochtar sudah merupakan seorang pahlawan. Karena itu pemberian gelar pahlawan nasional bagi beliau sangatlah pantas. Sebagai penghormatan kontribusi beliau bagi Indonesia dan memastikan beliau tetap menjadi insipirasi generasi muda, bangsa Indonesia dan diplomat Indonesia," lanjut dia.

Baca Juga: Isu PMI Dibahas Menlu Retno saat Bertemu Menlu Malaysia 

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya