Militer Myanmar Berondong Rakhine, Belasan Rohingya Tewas

Konflik di Myanmar masih terus berlanjut

Jakarta, IDN Times - Militer Myanmar dilaporkan memberondong negara bagian Rakhine dan menewaskan belasan muslim Rohingya. Dilansir dari Anadolu, Senin (29/1/2024), Koalisi Rohingya Merdeka menyebut militer Myanmar menargetkan masyarakat yang tinggal di Desa Buthidaung di Danau Hpon Nyo dalam dua hari terakhir.

“Belasan warga Rohingya terbunuh dan puluhan lainnya luka-luka. Militer Myanmar menargetkan Rohingya,” kata Ro Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Merdeka.

“Di tengah pertempuran dengan Tentara Arakan dan militer Myanmar, korban penduduk Rohingya banyak sekali,” lanjut dia.

Baca Juga: Menlu Retno ke Filipina Bahas Isu Laut China Selatan hingga Rohingya 

1. Eksodus Rohingya dimulai pada 2017

Eksodus massal Rohingya dimulai pada 2017 di mana militer Myanmar menyerang negara bagian Rakhine. Kala itu, sekitar 1,2 juta orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dan ditampung di kamp Cox’s Bazar.

Tak hanya ke Bangladesh, sejak beberapa tahun lalu pun Rohingya telah berusaha masuk ke Indonesia dengan menumpangi kapal dan mendarat di Aceh.

2. Rohingya tidak diakui jadi warga negara Myanmar

Meskipun tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, Rohingya tidak diakui sebagai etnis resmi dan telah ditolak kewarganegaraannya sejak 1982. Rohingnya menjadi etnis terbesar tanpa kewarganegaraan di dunia.

Sebagai populasi tanpa kewarganegaraan, keluarga Rohingya tidak mendapatkan hak dan perlindungan dasar dan sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan seksual, dan kekerasan. 

Baca Juga: Konflik di Myanmar Masih Membara, 30 Tentara Junta Tewas

3. Hadapi kekerasan di Myanmar

Militer Myanmar Berondong Rakhine, Belasan Rohingya TewasSebanyak 147 pengungsi asal Rohingya terdampar di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumut. Kini mereka tinggal di penampungan sementara. (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Di Myanmar, Rohingya terus menghadapi marginalisasi dan kekerasan. Apalagi saat ini Myanmar dikuasai oleh junta militer yang melakukan kudeta sejak 2021. Militer Myanmar sendiri diyakini sebagai penyebab eksodus Rohingnya secara besar-besaran pada 2017.

Pembatasan-pembatasan yang dimaksud adalah pembatasan kemampuan untuk bergerak, mengakses pendidikan, dan kesempatan kerja, bahkan membatasi jumlah anak yang bisa mereka miliki.

Pemerintah Myanmar telah lama mempertahankan status bahwa Rohingya tidak memiliki ikatan leluhur dengan tanah air mereka. Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya merupakan keturunan migran dari India dan Bangladesh, walaupun argumen itu ditentang oleh sejarawan.

Baca Juga: Pemberontak Myanmar Klaim Kuasai Kota Pelabuhan di Perbatasan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya