Perjuangan Diplomasi RI, Numpang Pesawat Negara Lain untuk ke PBB 

Para pejuang menggalang dukungan untuk kemerdekaan RI

Jakarta, IDN Times - Sejarah kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peran diplomasi kala itu. Mantan Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirajuda, membeberkan bagaimana diplomasi bergerak untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

Hassan bercerita kepada IDN Times pada Jumat (12/8/2022) bahwa pusat kegiatan diplomasi Indonesia setelah meraih kemerdekaan pada 1945 adalah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.

Mesir juga mengambil peranan karena negara ini yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia, delapan bulan setelah pernyataan proklamasi.

1. Para diplomat menumpang pesawat ke New York

Perjuangan Diplomasi RI, Numpang Pesawat Negara Lain untuk ke PBB Mantan Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirajuda. (dok. Twitter Kemlu RI)

Hassan, yang menjabat sebagai menlu dari 2001 hingga 2009, mengungkapkan saat itu, pusat kegiatan lain diplomasi Indonesia sejak tahun 1947 adalah di Markas PBB di New York.

“Mengapa? Karena sejak agresi militer Belanda pertama pada 1947, masalah Indonesia dibawa ke sidang keamanan. Tokoh-tokoh kita seperti Pak Sutan Sjahrir tidak lagi sebagai perdana menteri, tapi sebagai utusan khusus. Kemudian Pak Agus Salim, Pak Soemitro Djojohadikoesoemo, Pak Sudarto, bolak-balik ke New York untuk menghadiri sidang Dewan Keamanan,” kata Hassan dalam wawancara khusus dengan IDN Times, Jumat (12/8/2022).

Indonesia yang saat itu menghadapi blokade militer Belanda, mendapat bantuan dari Mesir. Pemerintahan republik sudah pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Lalu, Mesir mengutus Konsul Jenderal Mesir di Mumbai menyewa pesawat untuk menerobos blokade Belanda, membawa bantuan pangan ke Yogyakarta.

“Tapi pesawat itu yang kembalinya akan kosong justru dimanfaatkan oleh para pejuang kita untuk mereka menggunakan pesawat itu, termasuk Pak Sjahrir dan lainnya, yang akan menuju New York. Ada yang turun di Singapura dari situ ke London terus ke New York,” kata Hassan.

Baca Juga: Hassan Wirajuda: Indonesia Diramalkan Menjadi Kekuatan Ekonomi Besar

2. Keuangan negara masih kacau saat awal kemerdekaan

Perjuangan Diplomasi RI, Numpang Pesawat Negara Lain untuk ke PBB pexels.com/rawpixel

Hassan mengatakan bahwa kondisi keuangan Indonesia saat itu pun masih morat-marit. Maka, menumpang pesawat negara lain menjadi salah satu cara untuk tetap menjalan misi diplomasi.

“Modal keuangan kita baru merdeka masih morat-marit, karena itu numpang-numpang tadi. Kebetulan ada pesawat Mesir, dicharter Mesir dari Mumbai ke Jakarta pulang lewat Singapura. Dari situ berupaya memperoleh terbang ke London, ada yang terbang ke New York,” ucap Hassan lagi.

Menurut Hassan, hal tersebut adalah semangat kejuangannya. Meski kondisi jauh lebih baik masa sekarang, namun para pejuang diplomasi Indonesia kala itu tetap bersemangat menggalang dukungan.

3. Dukungan penting dari Mesir sebagai pusat Liga Arab

Perjuangan Diplomasi RI, Numpang Pesawat Negara Lain untuk ke PBB Mesir memiliki warisan piramida yang fenomenal (unsplash.com/Leonardo Ramos)

Mesir sebagai negara memberikan pengakuan pertama terhadap Indonesia, yaitu ketika delapan bulan setelah pernyataan proklamasi, Mesir resmi mendukung kemerdekaan Indonesia.

“Delegasi Indonesia yang berkujung ke sana, Menteri Kehakiman Soewandi, bertemu dengan tokoh Liga Arab, Sekjen Liga Arab Azzam Pasha,” ucap Hassan.

Hiruk-pikuk penggalangan dukungan untuk pengakuan Indonesia dilakukan pada tingkat tinggi untuk berkunjung ke Kairo, karena ibu kota Mesir itu merupakan pusat sekretariat dari Liga Arab.

Baca Juga: Sejarah, Isi dan Perubahan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya