Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Afghanistan (unsplash.com/Farid Ershad)
bendera Afghanistan (unsplash.com/Farid Ershad)

Intinya sih...

  • Semua buku yang ditulis oleh perempuan dilarang digunakan di universitas.

  • Taliban juga memerintahkan penghapusan 18 mata kuliah yang dinilai bertentangan dengan prinsip syariah.

  • Perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak oleh pembatasan Taliban, termasuk larangan melanjutkan pendidikan setelah kelas 6.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Taliban melarang sedikitnya 679 buku pelajaran digunakan di universitas-universitas di seluruh Afghanistan. Arahan baru ini dikeluarkan pada akhir Agustus lalu.

Sekitar 140 buku karya perempuan dan 310 buku yang ditulis oleh penulis Iran atau diterbitkan di Iran masuk dalam daftar larangan tersebut. Dalam surat yang diedarkan ke seluruh universitas, pemerintah menyatakan bahwa isi buku-buku tersebut bertentangan dengan prinsip syariah.

Segera setelah larangan mulai berlaku pada 28 Agustus, baik universitas swasta maupun negeri dilarang mengajar, mengutip, atau menggunakan buku-buku tersebut.

1. Semua buku yang ditulis oleh perempuan tidak diizinkan digunakan di universitas

Dilansir dari BBC, seorang anggota komite yang meninjau buku-buku tersebut mengatakan bahwa semua buku yang ditulis oleh perempuan tidak diizinkan untuk diajarkan di perguruan tinggi. Zakia Adeli, salah satu penulis yang bukunya masuk dalam daftar hitam, mengaku tidak terkejut dengan langkah tersebut.

“Mengingat apa yang telah dilakukan Taliban selama empat tahun terakhir, wajar saja jika mereka memberlakukan perubahan pada kurikulum. Dengan pola pikir dan kebijakan misoginis Taliban, wajar jika ketika perempuan sendiri tidak diizinkan belajar, pandangan, ide, dan tulisan mereka juga ikut ditekan," kata Adelia, mantan wakil menteri kehakiman sebelum kembalinya Taliban.

2. Taliban juga perintahkan penghapusan 18 mata kuliah

Selain melarang sejumlah buku, Taliban juga menginstruksikan universitas untuk menghapus 18 mata kuliah yang dinilai bertentangan dengan prinsip syariah. Mata kuliah tersebut antara lain tentang gender dan pembangunan, hak asasi manusia dan demokrasi, globalisasi dan pembangunan, sejarah agama, pelecehan seksual dan peran perempuan dalam komunikasi publik. Beberapa di antaranya merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang menempuh program studi hukum dan ilmu politik di seluruh Afghanistan.

Dilansir dari Independent, seorang pejabat universitas swasta di Kabul mengatakan bahwa keputusan ini akan merusak pendidikan tinggi di Afghanistan dan melemahkan institusi pendidikan.

“Tidak ada pengganti untuk 679 buku ini, banyak di antaranya merupakan teks inti—kecuali Taliban menulisnya sendiri," kata akademisi tersebut, yang berbicara secara anonim.

3. Perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak oleh pembatasan Taliban

Aturan baru ini menambah daftar panjang pembatasan yang diberlakukan Taliban sejak mereka kembali berkuasa empat tahun lalu. Pekan ini, otoritas juga melarang penggunaan internet serat optik di sedikitnya 10 provinsi dengan dalih mencegah tindakan amoral.

Meskipun aturan-aturan tersebut memengaruhi banyak aspek kehidupan, para perempuan merupakan kelompok yang paling terdampak. Mereka telah dilarang melanjutkan pendidikan setelah tamat kelas 6, dan salah satu jalur terakhir untuk memperoleh pelatihan tertutup pada akhir 2024 ketika program kebidanan dihentikan secara diam-diam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team