Bendera Kolombia. (Unsplash.com/Christine Ellsay)
Kejadian tanah longsor itu terjadi saat Kolombia sedang menghadapi cuaca ekstrem selama tiga tahun berturut-turut akibat La Nina, yang menyebabkan tingginya curah hujan. Negara itu tahun ini mengalami musim hujan terburuk dalam 40 tahun, dan banjir serta hujan lebat diperkirakan akan berlanjut hingga 2023.
UNGRD memperkirakan bahwa sejak Agustus tahun lalu hingga November tahun ini ada 271 orang meninggal akibat keadaan darurat yang terkait La Nina, sementara 348 orang lainnya luka-luka dan jumlah orang yang terkena dampak sekitar 743.337 orang.
Untuk mengatasi masalah akibat La Nina, pemerintah pada bulan lalu mengumumkan keadaan darurat, yang memungkinkan untuk mengeluarkan sekitar 433,8 juta dolar AS (Rp6,8 triliun) untuk mengatasi krisis.
Bank Dunia pada awal bulan ini mengumumkan telah mengucurkan 300 juta dolar AS (Rp4,6 triliun) ke Kolombia sebagai bagian dari pinjaman kebijakan pembangunan untuk membantu tanggap darurat.
Mark R Thomas, direktur Bank Dunia untuk Kolombia menyampaikan bahwa La Nina menyebabkan banjir, tanah longsor, hujan lebat, angin kencang, dan badai listrik, yang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman, mengganggu persediaan makanan, dan memicu kenaikan harga.