Telepon Perdana Prabowo-Lee Jae Myung, Apa yang Dibahas?

Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto baru saja menjalin komunikasi pertamanya lewat sambungan telepon. Dalam pembicaraan singkat itu, keduanya sepakat untuk memperdalam kerja sama dalam perdagangan, teknologi, serta industri pertahanan dan persenjataan.
Lee dan Prabowo juga membahas cara-cara untuk lebih memajukan Kemitraan Strategis Khusus yang telah terjalin antara kedua negara sejak 2017.
"Kedua pemimpin sepakat untuk terus memperkuat kerja sama strategis di berbagai sektor, termasuk perdagangan dan investasi, industri masa depan yang maju yang didorong oleh transisi digital dan hijau, serta industri pertahanan dan persenjataan," kata juru bicara kepresidenan Kang Yu Jung dalam pernyataan tertulis, dikutip Yonhap, Senin (23/6/2025).
1. Prabowo diundang ke APEC
Selama percakapan tersebut, Lee mengundang Prabowo untuk menghadiri pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang akan berlangsung akhir tahun ini di Gyeongju, Korea Selatan. Kedua pemimpin sepakat untuk menjaga komunikasi yang erat dan bekerja sama untuk lebih mengembangkan hubungan bilateral dan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas regional, menurut kantor tersebut.
Korea Selatan akan menjadi tuan rumah KTT APEC pada 2025, tepatnya di kota Gyeongju. Pemerintah Korea Selatan telah mengalokasikan dana sekitar Rp3,5 triliun untuk persiapan acara ini, termasuk renovasi fasilitas dan persiapan acara budaya.
KTT ini diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 20 ribu delegasi dari 21 negara anggota APEC. KTT dijadwalkan berlangsung pada 31 Oktober hingga 1 November 2025.
"Anggaran tersebut mencakup pembangunan pusat media, renovasi Kompleks Bowoon dan Haikou, serta fasilitas pendukung seperti pencahayaan malam," kata Direktur Kantor Persiapan dan Dukungan APEC 2025, Jang Ho Park, saat menerima kunjungan 14 jurnalis Indonesia dalam program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) FPCI di Gyeongju bulan lalu.
2. Hubungan Indonesia-Korea Selatan makin erat
Hubungan Indonesia dan Korea Selatan memasuki Kemitraan Strategi Khusus pada 2018, membuatnya semakin erat. Berbagai kerja sama, termasuk pembuatan jet tempur bersama, dijajaki kedua negara.
Perkembangan terbaru, kedua negara telah menandatangani perjanjian yang direstrukturisasi terkait partisipasi Indonesia dalam program pengembangan jet tempur KF-21 Boramae milik Korea Aerospace Industries (KAI), Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan mengumumkan pekan lalu.
Kedua negara menandatangani "Perjanjian Proyek Pengembangan Bersama" yang direvisi untuk melanjutkan partisipasi Indonesia dalam program KF-21, beberapa hari setelah setuju untuk membeli jet tempur KAAN dari Turki.
Perjanjian baru tersebut mencakup revisi pembagian pembayaran Indonesia atas keterlibatannya dalam program tersebut, setelah bertahun-tahun gagal melakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian awal yang dibuat pada 2016.
3. Lee Jae Myung jadi harapan baru Korea Selatan
Setelah berbagai gonjang-ganjing politik, warga Korea Selatan akhirnya memilih Lee sebagai pemimpin barunya. Lee menjadi tumpuan harapan Negeri Ginseng itu untuk memperbaiki politik yang muram usai pengumuman darurat militer oleh Yoon Suk Yeol yang didepak dari kursi kepresidenan.
"Saya akan mulai dengan menghidupkan kembali ekonomi dan menyembuhkan rakyat," katanya kepada hadirin di Majelis Nasional.
Dia mengaku menjadi presiden bagi seluruh rakyat. "Terlepas dari siapa yang Anda dukung dalam pemilihan ini, saya akan menjadi presiden bagi seluruh rakyat," ujar Lee.
Lee, seorang kandidat dari Partai Demokrat liberal terpilih dengan hampir 50 persen suara. Dia menyalahkan kekacauan politik negara tersebut pada faksi-faksi politik yang tidak ingin bekerja untuk kehidupan rakyat.
"Saya akan bekerja untuk menyatukan rakyat," katanya.