Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menutup telinga
ilustrasi menutup telinga (pexels.com/Towfiqu barbhuiya

Intinya sih...

  • Suara hantu merusak kesehatan mental anak-anak.

  • Militer Thailand akui putar suara tapi klaim di wilayah sendiri.

  • Konflik panjang di perbatasan kembali memanas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Senat Kamboja Hun Sen menuduh Thailand melakukan perang psikologis terhadap warga desa di sepanjang perbatasan kedua negara dengan memutar suara menyeramkan seperti jeritan dan tangisan hantu. Tindakan ini, menurut Komisi Hak Asasi Manusia Kamboja (CHRC), telah menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat perbatasan.

Hun Sen menyampaikan keluhan resmi kepada Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, sambil memuji peran Malaysia yang menengahi gencatan senjata pada Juli lalu. Namun, ia menilai ketegangan masih berlangsung.

CHRC juga mengirim surat kepada Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Türk. Dalam surat itu disebutkan bahwa suara keras tersebut membuat anak-anak mengalami mimpi buruk dan serangan panik di malam hari, menggambarkan betapa seriusnya dampak gangguan terhadap kesejahteraan warga.

1. Suara hantu disebut merusak kesehatan mental anak-anak

ilustrasi Kamboja (unsplash.com/Kelly)

CHRC melaporkan bahwa unit militer Thailand memanfaatkan pengeras suara untuk memutar berbagai efek menyeramkan seperti deru helikopter, tangisan anak-anak, dan rantai yang bergemeretak di malam hari. Desa-desa seperti Sereng dan Prey Chan menjadi wilayah yang paling terdampak akibat gangguan suara itu.

Laporan tersebut menyebutkan, suara berfrekuensi tinggi itu menimbulkan gangguan tidur, kecemasan, dan tekanan psikologis bagi penduduk, termasuk anak-anak dan lansia. CHRC menilai hal ini melanggar hak dasar manusia untuk beristirahat dan hidup dengan aman.

Dilansir dari The Independent, Koalisi Hak Anak Kamboja (CRCC) menambahkan bahwa suara-suara menyeramkan itu memperburuk kesehatan mental anak-anak. Ketakutan yang berkepanjangan membuat sebagian dari mereka enggan bersekolah, sehingga pendidikan mereka ikut terganggu.

2. Militer Thailand akui putar suara tapi klaim di wilayah sendiri

Bendera Thailand (pexels.com/Markus Winkler)

Militer Thailand, melalui Satuan Tugas Burapa yang bertanggung jawab atas keamanan perbatasan, mengakui penggunaan suara menyeramkan tersebut. Komandan Benjapol Dechatiwong mengatakan semua aktivitas dilakukan di wilayah Thailand.

“Mereka boleh mengeluh sesuka hati. Semua yang kami lakukan ada di tanah Thailand,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa langkah ini semata-mata untuk mendukung patroli malam dan menjaga kewaspadaan pasukan.

Dilansir dari SCMP, warga Thailand bernama Kannawat Pongpaibulwech, atau dikenal sebagai Kan Chompalang, mengaku menjadi orang di balik pemutaran suara dan penayangan film hantu di desa perbatasan seperti Ban Nong Chan dan Ban Nong Ya Kaew. Dengan restu militer, ia mengklaim ingin mengusir warga Kamboja yang dianggap melanggar batas wilayah.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menolak anggapan bahwa taktik tersebut mencoreng citra negaranya di mata internasional.

“Saya rasa tidak. Kami hanya melakukannya untuk melindungi kedaulatan kami,” katanya kepada The Nation.

Namun, Senator Thailand Angkhana Neelapaijit mengingatkan bahwa tindakan itu berpotensi melanggar Konvensi PBB Menentang Penyiksaan karena dapat dikategorikan sebagai perlakuan kejam dan tidak manusiawi.

3. Konflik panjang di perbatasan kembali memanas

Tanda peringatan ranjau darat di Kamboja. ((WT-en) Jpatokal at English Wikivoyage, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Ketegangan ini merupakan lanjutan dari konflik lama di perbatasan Thailand–Kamboja sepanjang 817 kilometer yang memuncak pada Juli lalu. Pertempuran di sekitar kuil Ta Moan Thom, Provinsi Surin, menewaskan sedikitnya 38 orang dan memaksa lebih dari 300 ribu warga mengungsi.

Dilansir dari The Guardian, gencatan senjata berkat mediasi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan bahwa pembicaraan perdagangan akan ditunda jika pertempuran berlanjut. Meski begitu, tuduhan saling meluncur antara kedua negara. Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau baru, sementara Kamboja menegaskan bahwa tentara Thailand hanya menginjak ranjau lama peninggalan perang saudara.

Sejak Juli, sedikitnya enam tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau. Insiden ini menjadi pemicu utama bentrokan berdarah musim panas lalu. Kamboja berharap perjanjian damai permanen dapat tercapai di bawah pengawasan Trump dalam KTT ASEAN di Malaysia mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team