Polisi paramiliter menggunakan masker dan kacamata pelindung wajah menyeberangi jalan saat wabah virus corona di Beijing, Tiongkok, pada 1 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter
Kartu identitas itu diperlukan untuk banyak sekali kebutuhan sehingga mudah meninggalkan jejak yang bisa dilacak oleh aparat keamanan. Apalagi sejak Desember 2019 pemerintah mewajibkan pemilik telepon genggam baru untuk registrasi pengenalan wajah.
Jadi, informasi dari kartu identitas kini dilengkapi dengan visual pemilik yang kemudian digabungkan dengan pengawasan melalui CCTV yang dipasang di berbagai lokasi. Selama lockdown di sejumlah kota di Tiongkok, pemerintah memakai geo lokasi dari smartphone masing-masing warga untuk mengetahui keberadaan mereka.
Lalu, otoritas mengirimkan peringatan kepada siapa pun yang diketahui berada di luar rumah. Untuk memastikan cara ini berjalan, pemerintah membagikan data tersebut kepada kepolisian yang siap menindak saat ada yang dinilai melanggar. The New York Times menyebut ini adalah strategi pemerintah untuk melakukan kontrol sosial.
Ini karena masyarakat juga harus memasang perangkat lunak di smartphone mereka yang akan menunjukkan tiga kode warna berbeda: hijau, kuning dan merah. Hijau berarti sehat; kuning berarti pemilik smartphone mungkin berada di area yang dikunjungi pembawa virus; merah berarti ia sudah terinfeksi.
Tidak jelas bagaimana klasifikasi itu dilakukan tanpa pengecekan secara langsung kepada penerima notifikasi. Padahal, masing-masing warna berimplikasi kepada apakah mereka boleh beraktivitas normal, harus melakukan isolasi mandiri atau wajib segera ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.