Mantan PM Bangladesh, Sheikh Hasina. (premier.gov.ru, CC BY 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/3.0>, via Wikimedia Commons)
Kematian Hadi terjadi di tengah persiapan pemilihan umum nasional yang dijadwalkan pada 12 Februari mendatang. Korban diketahui berencana maju sebagai kandidat independen untuk daerah pemilihan Dhaka-8. Hadi sendiri dikenal kerap mengkritik pengaruh India di Bangladesh.
Muhammad Yunus menuding pembunuhan ini didalangi oleh jaringan kuat untuk menciptakan ketidakstabilan di Bangladesh. Pemenang Nobel Perdamaian itu menegaskan kekerasan tidak akan menghentikan transisi demokrasi.
"Tujuan para konspirator adalah untuk menggagalkan pemilu dengan menunjukkan kekuatan mereka dan menyabotase proses elektoral. Namun, perjalanan negara menuju demokrasi tidak dapat dihentikan melalui ketakutan, teror, atau pertumpahan darah," tegas Yunus dalam pidato yang disiarkan televisi.
Kekerasan meluas dengan penyerangan terhadap properti milik Liga Awami, partai mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Dilansir BBC, kantor partai di Rajshahi dibakar dan kediaman mantan menteri di Chittagong dirusak oleh massa yang mengamuk.
Ketegangan politik ini memperumit situasi keamanan setelah penggulingan rezim Hasina pada 2024 lalu. Hasina sendiri saat ini berada di pengasingan di India dan telah dijatuhi hukuman mati secara in absentia atas tuduhan kejahatan kemanusiaan.