Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penjara
ilustrasi penjara (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Aparat menuduhnya melakukan pemberontakan dan permusuhan terhadap negara

  • Kondisi Ekane disebut memburuk sebelum meninggal

  • Keluarga meminta perhatian namun tak ada langkah lanjutan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Pemimpin oposisi Kamerun, Anicet Ekane yang berusia 74 tahun, wafat di pusat penahanan militer di Yaoundé pada Senin (1/12/2025) pagi. Ia sebelumnya diamankan aparat di Douala pada 24 Oktober 2025 dalam sebuah operasi yang berlangsung singkat.

Ekane diketahui memimpin Gerakan Afrika untuk Kemerdekaan Baru dan Demokrasi (MANIDEM), partai kiri yang kerap berseberangan dengan pemerintah. Dalam pemilu presiden, ia secara terbuka memberi dukungan kepada Issa Tchiroma Bakary yang menantang Presiden Kamerun, Paul Biya, yang berusia 92 tahun.

1. Tuduhan pemberontakan mengiringi penangkapan Ekane

ilustrasi pelaku kejahatan tertangkap polisi (pexels.com/Kindel Media)

Tak lama setelah diamankan, aparat menjatuhkan serangkaian dakwaan berat kepada Ekane, mulai dari pemberontakan sampai tuduhan permusuhan terhadap negara. Semua pasal itu diarahkan kepadanya karena pilihan politik yang ia ambil.

MANIDEM bersama tim kuasa hukum segera menyampaikan keberatan mereka atas langkah tersebut. Mereka menilai seluruh dakwaan berlandaskan motif politik dan menyoroti penahanan yang dianggap tak sah karena Ekane tak pernah dibawa ke ruang sidang.

Sebelum meninggal, kondisi Ekane disebut sudah memburuk menurut pengacara Emmanuel Simh.

“Kami masih syok dan sedih. Ekane tidak melakukan kejahatan apa pun, jadi kami perlu tahu mengapa dia ditangkap dan dibiarkan begitu saja,” ujar Simh, dikutip dari Al Jazeera.

2. Keluarga menyebut kondisi Ekane terus memburuk

ilustrasi makam (pexels.com/RDNE Stock project)

Putra sulungnya, Muna Ekane, mengungkapkan sang ayah mengalami sesak napas parah selama beberapa hari terakhir.

“Selama satu minggu, dia kesulitan bernapas; dia seperti tersedak,” katanya kepada Associated Press.

Keluarga sudah berkali-kali meminta perhatian, namun tak ada langkah lanjutan.

Pada akhir pekan sebelumnya, MANIDEM merilis seruan darurat agar Ekane segera dipindahkan ke fasilitas medis sipil. Mereka juga menuntut tanggung jawab penuh dari pemerintah terkait keselamatan Ekane.

Tidak lama kemudian, istrinya menuju rumah sakit militer untuk menjenguk dengan harapan mendapat kabar baik. Namun setibanya di sana, ia hanya mendapati jenazah suaminya.

3. Publik meradang setelah kematian Ekane terungkap

ilustrasi bendera Kamerun (pexels.com/Engin Akyurt)

Kabar meninggalnya Ekane cepat beredar dan memancing kemarahan warga. Ratusan pendukung langsung memadati markas MANIDEM di Douala yang kini dijaga ketat oleh pasukan bersenjata.

MANIDEM kemudian menilai kematian tersebut sebagai tindakan pembunuhan yang menargetkan tokoh oposisi. Pengacara ternama Akere Muna menggambarkan peristiwa itu sebagai upaya memadamkan semangat besar yang diperjuangkan Ekane untuk demokrasi, dilansir dari BBC.

Delegasi Uni Eropa (UE) turut menyampaikan belasungkawa setelah insiden ini mencuat. Mereka kembali menekan pemerintah agar membebaskan seluruh tahanan politik pasca-pemilu, di tengah laporan jatuhnya banyak korban serta pengasingan Issa Tchiroma Bakary ke Gambia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team