(30 Maret 2023) Para pilot bersiap untuk menerbangkan F-35C Lightning II, yang ditugaskan ke “Warhawks” dari Strike Fighter Squadron (VFA) 97, di dek penerbangan kapal induk kelas Nimitz USS Carl Vinson (CVN 70). ( Seaman Derek Kelley, Public domain, via Wikimedia Commons)
Di kalangan politisi AS, khususnya anggota Kongres, penjualan F-35 ke Saudi diperkirakan akan ditolak jika tidak disertai syarat, misalnya normalisasi antara Arab Saudi dan Israel. Al-Monitor menyebut bahwa beberapa pejabat Israel meminta agar kesepakatan ini terkait dengan kemajuan diplomatik di Timur Tengah.
Selain itu, jika benar terealisasi, Saudi bisa menjadi negara Arab pertama selain Israel yang memiliki F-35, yang berpotensi mengubah keseimbangan militer di kawasan.
Tapi, seperti dicatat Bloomberg, Trump menyampaikan niat ini menjelang pertemuan dengan Mohammad bin Salman, artinya, klaim ini belum berarti kesepakatan final karena masih harus melewati proses legislatif dan persetujuan teknis.
Rencana penjualan F-35 ke Arab Saudi memperlihatkan ambisi besar Washington dan Riyadh untuk memperdalam hubungan strategis. Meski begitu, sensitivitas teknologi dan resistensi politik di dalam negeri AS membuat perjalanan kesepakatan ini masih panjang. Keputusan akhir akan ditentukan oleh negosiasi diplomatik dan pertimbangan keamanan yang tidak bisa disepelekan.