Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Gage Skidmore from Peoria, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia untuk mempercepat negosiasi perdamaian dengan Rusia. 

Pekan lalu, Washington mengaku bersedia mengakui Krimea di bawah Rusia sebagai bagian dari proposal perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun, AS masih menyiapkan kerangka tersebut bersama dengan Ukraina dan Uni Eropa (UE). 

Sebelumnya, AS mengancam akan keluar dari proses perundingan damai Rusia-Ukraina karena menganggap kedua belah pihak tidak serius untuk mengakhiri perang. 

1. Tuding Zelenskyy berniat memperpanjang perang

Trump mengecam komentar Zelenskyy yang tidak mau mengakui Krimea menjadi wilayah resmi Rusia. Ia mengklaim pernyataan Zelenskyy mencederai proses perundingan perdamaian dengan Rusia. 

"Pernyataan yang disampaikan Zelenskyy menyulut kemarahan dan membuat sulit proses penyelesaian perang ini. Dia tidak melakukan apapun yang membanggakan. Situasi di Ukraina saat ini kritis. Dia dapat mencapai perdamaian atau terus berperang untuk 3 tahun ke depan hingga kehilangan seluruh negaranya," tulis Trump pada Rabu (23/4/2025), dilansir CNN.

Sementara itu, Wakil Presiden AS, JD Vance, mengancam akan meninggalkan negosiasi perdamaian Rusia-Ukraina menyusul komentar Zelenskyy. Ia mendesak semua pihak menyetujui proposal perdamaian. 

"Kami sudah memberikan sebuah proposal untuk Rusia dan Ukraina dan ini adalah waktu bagi mereka untuk mengatakan 'ya' atau AS akan meninggalkan proses perundingan ini. Kami sudah terlibat dalam diplomasi luar biasa di sini," ungkapnya. 

2. Ukraina siap negosiasi damai jika Rusia setujui gencatan senjata penuh

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President.gov.ua, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina siap bernegosiasi langsung dengan Rusia untuk mengakhiri perang. Namun, syaratnya Moskow harus bersedia menyetujui gencatan senjata penuh dengan Kiev.

"Jika Rusia dan ini tergantung pada mereka, seperti yang kami lihat pada Hari Paskah, mereka dapat mengurangi serangan ketika mereka menginginkannya. Jika Rusia siap untuk gencatan senjata penuh, maka gencatan senjata penuh dapat tercapai. Kami pun siap untuk bernegosiasi damai dengan mereka," ungkapnya, dikutip Politico

Pada Selasa (22/4/2025), Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengungkapkan kesiapannya untuk terlibat dialog langsung dengan Ukraina. Ia pun menyetujui proposal dari Zelenskyy untuk menghentikan serangan di infrastruktur sipil.

3. Rusia minta Ukraina tarik tentara dari wilayah dudukan

Tentara Ukraina. (commons.wikimedia.org/President Of Ukraine)

Pada hari yang sama, Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov meminta Ukraina menarik pasukannya dari Donbass dan teritori dudukan Rusia lainnya untuk menciptakan perdamaian di Ukraina. 

"Jika Kiev setuju menarik seluruh pasukannya dari empat wilayah ini, maka kami akan menyetujui proses perdamaian di Ukraina. Sesuai hasil referendum, warga di wilayah tersebut setuju menjadi bagian dari Rusia. Maka, kami melihat teritori itu secara de jure dan de facto adalah wilayah Rusia," tuturnya, dilansir Tass

Ia mengungkapkan bahwa teritori tersebut sudah berada menjadi bagian dari wilayah terluar Rusia. Peskov mengklaim bahwa sebagian teritori tersebut masih diduduki oleh tentara Ukraina. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama