Ukraina Tuduh China Kirim Senjata ke Rusia

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Kamis (17/4/2025), menuduh China mengirimkan senjata ke Rusia. Beijing dianggap ikut membantu Moskow memperkuat militernya untuk berperang di Ukraina.
Belakangan ini, hubungan Beijing-Kiev memanas imbas penangkapan dua warga China yang ikut membantu militer Rusia untuk melawan Ukraina. Zelenskyy menduga ada ratusan warga China yang bergabung dalam militer Rusia.
Ukraina telah memanggil Duta Besar China di Kiev untuk menjelaskan masalah ini. Sementara, China mengaku sudah memperingatkan warganya tidak ikut dalam perang di Ukraina dan tidak tahu mengenai proses rekrutmen ini.
1. Klaim memiliki informasi bahwa China kirim senjata ke Rusia

Zelenskyy mengatakan bahwa suplai persenjataan dari China ke Rusia menandai perpindahan posisi dari yang sebelumnya netral terhadap perang.
"Kami akhirnya memiliki informasi bahwa China menyuplai senjata berupa artileri ke Rusia. Kami percaya bahwa perwakilan China sudah terlibat dalam produksi beberapa senjata di dalam teritori Rusia," terangnya, dikutip The Moscow Times.
Sementara itu, Zelenskyy tidak mengungkapkan lebih detail terkait tuduhannya kepada Beijing. Ia mengaku sudah bersiap berbicara terkait dengan masalah ini.
2. Tolak pernyataan Trump soal serangan Rusia di Sumy
Pada hari yang sama, Zelenskyy menolak pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut bahwa serangan rudal Rusia di Sumy hanyalah kesalahan.
"Ini adalah pembunuhan. Serangan terjadi di tengah kota dan tidak diarahkan ke garis depan. Kami tidak dapat menemukan alasan apapun bagi Anda untuk menyerang pusat kota dengan rudal dan ini tidak dilakukan dengan satu rudal saja. Ini tentu bukan kesalahan," tuturnya, dilansir The Kyiv Independent.
Pekan lalu, Rusia melancarkan serangan rudal ke area pusat kota Sumy saat perayaan Hari Minggu sebelum Paskah. Serangan itu menewaskan 35 orang, termasuk 2 anak-anak dan melukai setidaknya 117 orang.
Serangan tersebut telah menghancurkan sejumlah infrastruktur sipil di Sumy dan disebut menjadi yang paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir.
3. Tentara Korut mendapatkan keahlian tempur modern dari Rusia

Juru Bicara Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina (HUR), Andrii Cherniak, mengungkapkan bahwa tentara Korea Utara (Korut) sudah bertempur bersama tentara Rusia untuk menguasai kemampuan perang modern.
"Korban dari Korut sejauh ini sekitar 6 ribu orang. Sejumlah tentara Korut sudah berada di Rusia dan dapat melanjutkan peperangan. Mereka sebelumnya sempat terlibat perang secara langsung dengan tentara Ukraina dan dapat dikalahkan dengan artileri dan drone," ungkapnya, dilansir NHK.
Namun, ia menyebut tentara Korut sudah belajar taktik perang modern dan cara menggunakan drone dan peralatan perang elektronik. Mereka sudah memahami senjata dan taktik yang diterapkan Rusia.
Cherniak mengatakan bahwa sebagian amunisi yang digunakan Rusia adalah buatan Korut. Ia pun mengklaim bahwa Korut sudah menyuplai misil ke Rusia untuk membantu menggempur Ukraina.