ilustrasi investigasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Dalam pernyataan terbarunya, Trump kembali menegaskan bahwa kebijakan tanah Afrika Selatan sedang dalam penyelidikan.
“Pemerintah Afrika Selatan melakukan hal-hal yang mengerikan, bahkan lebih buruk dari yang kita duga,” katanya, tanpa memberikan contoh spesifik.
Menanggapi hal ini, Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan berharap penyelidikan ini dapat membantu AS memahami kebijakan mereka secara lebih objektif.
“Kami percaya penasihat Presiden Trump akan menggunakan periode investigasi ini untuk memahami kebijakan kami dalam kerangka demokrasi konstitusional,” ujar kementerian dalam pernyataan resminya.
Masalah kepemilikan tanah telah menjadi isu utama di Afrika Selatan sejak berakhirnya apartheid. Sejak 1994, pemerintah telah mengembalikan tanah kepada pemilik aslinya dan membeli 7,8 juta hektare untuk redistribusi. Namun, hingga kini, 78 persen lahan pribadi masih dimiliki oleh orang kulit putih, sementara banyak petani kulit hitam menghadapi kesulitan akibat keterbatasan dukungan finansial dan teknis.