Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Donald Trump Terapkan Tarif pada Kanada, Meksiko, dan China? 

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Staff Sgt. Danny Gonzalez, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Staff Sgt. Danny Gonzalez, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Trump resmikan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan China
  • Kanada, Meksiko, dan China menyumbang 42% total impor AS, kenaikan tarif bisa tambah biaya konsumen AS hingga $2.600/tahun
  • Meksiko bantah tuduhan aliansi dengan organisasi perdagangan narkoba, setuju kirim 10 ribu personel garda nasional ke AS
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meresmikan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan China. Trump menandatangani perintah eksekutif pemberlakuan tarif di Mar-a-Lago pada Sabtu (1/2/2025). Namun, penerapan tarif bagi Kanada dan Meksiko ditunda selama sebulan setelah negosiasi terakhir, sementara China masih berpotensi dikenai tarif mulai Selasa (4/2/2025), dilansir The Guardian.

Trump sebelumnya memutuskan pengenaan tarif 25 persen pada barang-barang dari Kanada dan Meksiko. Produk energi asal Kanada mendapat pengecualian dan hanya dikenai tarif 10 persen. Sementara tarif China merupakan tarif tambahan dari yang sudah ada sebelumnya. Trump menggunakan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) sebagai dasar hukum penetapan tarif.

Ketiga negara menyumbang 42 persen dari total impor AS sepanjang tahun lalu. Meksiko tercatat sebagai eksportir terbesar ke AS senilai 467 miliar dolar AS (sekitar Rp7.648 triliun), China 401 miliar dolar AS (sekitar Rp6.566 triliun) dan Kanada 377 miliar dolar AS (sekitar Rp6.173 triliun). Studi Peterson Institute for International Economics mengindikasikan kenaikan tarif bisa menambah biaya tahunan konsumen AS hingga 2.600 dolar AS (Rp42,5 juta).

1. Trump klaim lab fentanil semakin marak di Kanada

Keputusan Trump mengenakan tarif pada Kanada dilatari meningkatnya kekhawatiran keamanan perbatasan utara AS. Gedung Putih melaporkan peningkatan jumlah imigran ilegal yang masuk melalui perbatasan Kanada.

Pemerintahan Trump juga mengklaim adanya lab-lab pembuatan fentanil dan nitazene yang beroperasi di Kanada. Studi terbaru diklaim menunjukkan produksi fentanil dalam negeri Kanada meningkat, begitu juga perannya dalam jaringan distribusi narkotika internasional.

Hubungan perdagangan AS-Kanada sangat erat karena integrasi rantai pasok berbagai industri, terutama otomotif dan energi. AS masih bergantung pada impor minyak, gas alam, dan listrik dari Kanada untuk kebutuhan energi domestik. Pertimbangan ini mendorong Trump memberi keringanan tarif 10 persen untuk produk energi Kanada.

Perdana Menteri Justin Trudeau sempat mengumumkan rencana pembalasan setelah keputusan Trump.

"Kanada akan merespons tindakan AS dengan tarif 25 persen terhadap barang Amerika senilai 155 miliar dolar (sekitar Rp2.538 triliun)" ujar Trudeau, dilansir CNN. 

Kanada berencana mengenakan tarif pada berbagai produk AS mulai dari alkohol, produk pertanian, pakaian, sepatu, peralatan rumah tangga, furnitur, hingga material seperti kayu. Trudeau menyerukan warganya membeli produk dalam negeri sebagai bagian dari respons terhadap kebijakan AS.

Sebagai mitra dagang terbesar AS, langkah Kanada berpotensi memberikan pukulan bagi ekonomi AS. American Petroleum Institute memperkirakan tarif akan menaikkan harga energi mengingat AS mengimpor minyak dan gas alam senilai 14,4 miliar dolar AS (sekitar Rp235 triliun) per tahun dari Kanada.

2. Trump keluhkan aliran narkoba dan imigran ilegal dari Meksiko

Trump mengklaim pemerintah Meksiko beraliansi dengan organisasi perdagangan narkoba. Gedung Putih menuduh pemerintah Meksiko menyediakan tempat perlindungan bagi kartel untuk memproduksi dan mengirim narkotika berbahaya yang telah menewaskan ratusan ribu warga AS. Washington juga mengkritik Meksiko karena dianggap gagal membendung arus imigran ilegal yang memasuki perbatasan selatan.

Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum telah membantah tuduhan AS.

"Kami menolak keras tudingan memiliki aliansi dengan organisasi kriminal. Ini adalah fitnah," bantah Sheinbaum.

Meksiko menjadi eksportir terbesar ke AS tahun lalu setelah menggeser posisi China. Tarif akan berdampak signifikan pada industri otomotif karena AS mengimpor kendaraan senilai 87 miliar dolar AS (sekitar Rp1.424 triliun) dan suku cadang 64 miliar dolar AS (sekitar Rp1.047 triliun) dari Meksiko sepanjang tahun lalu.

Tarif juga berisiko mengganggu pasokan produk pertanian AS. Tahun lalu, AS mengimpor 46 miliar dolar AS (Rp753 triliun) produk pertanian dari Meksiko, termasuk sayuran segar senilai 8,3 miliar dolar AS (Rp135 triliun). Sheinbaum telah menginstruksikan Menteri Ekonomi Meksiko menyiapkan tarif balasan dan langkah nontarif lainnya.

Setelah percakapan dengan Trump, Meksiko setuju mengirim 10 ribu personel garda nasional untuk mencegah penyelundupan narkoba dan menghentikan arus imigran ilegal ke AS. Sebagai balasannya, AS berjanji membantu mencegah penyelundupan senjata api berkekuatan tinggi ke Meksiko.

3. China dinilai gagal hentikan aliran bahan pembuat fentanil

Dilansir Time, AS menuduh China sebagai sumber bahan kimia fentanil yang dikirim ke kartel narkoba. Washington juga menuduh Beijing gagal menghentikan pencucian uang oleh organisasi kriminal transnasional. Kementerian Luar Negeri China membantah tuduhan tersebut dan menyatakan fentanil merupakan masalah internal AS.

China berencana mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait tarif baru AS. Kementerian Perdagangan China menyebut pengenaan tarif melanggar aturan WTO dan berjanji mengambil langkah balasan untuk membela kepentingannya.

Hubungan dagang AS-China telah tegang sejak pemerintahan Trump pertama. Tarif yang diterapkan Trump saat itu berdampak negatif pada volume impor AS dari China. Posisi China sebagai eksportir terbesar ke AS diambil alih Meksiko tahun lalu.

AS juga menghapus aturan yang selama ini membebaskan pajak untuk pengiriman barang bernilai 800 dolar AS (Rp13 juta) atau kurang. Penutupan aturan ini akan berdampak pada perusahaan e-commerce China seperti Shein dan Temu. Pejabat Trump mengklaim aturan tersebut menghambat pemeriksaan paket oleh bea cukai. 

Pelaku bisnis AS memperkirakan tarif akan mengganggu rantai pasok dan menaikkan harga konsumen. Asosiasi Produsen AS memperingatkan bahwa produsen kecil dan menengah AS akan kesulitan mencari pemasok baru dan menanggung kenaikan biaya energi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us