Trump Ogah Bela Sekutu NATO yang Tak Penuhi Target Belanja Pertahanan

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan tidak akan membela sekutu-sekutunya di NATO, jika mereka tidak membayar cukup untuk pertahanannya sendiri. Pernyataan Trump memicu tanda bahaya di Eropa hingga Asia, di mana para pemimpin sudah khawatir tentang penarikan dukungan keamanan Washington di Ukraina.
"Itu akal sehat, kan. Jika mereka tidak membayar (belanja pertahanan), saya tidak akan membela mereka. Tidak, saya tidak akan membela mereka," bunyi pernyataan Trump pada Kamis (6/3/2025), dikutip dari The Guardian.
Retorika Trump telah disampaikan sejak kampanye 2024, di mana pemimpin AS itu menyatakan akan mendorong Rusia untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan kepada sekutu NATO yang tidak menghabiskan cukup dana pertahanan.
Sejak tahun lalu, utusan khusus Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengatakan akan mengajukan kebijakan pencabutan perlindungan keamanan bagi negara-negara yang tidak memenuhi ambang batas NATO untuk anggaran belanja pertahanan 2 persen dari PDB.
1. Penarikan dukungan AS ke Ukraina memicu kekhawatiran NATO
Komentar Trump muncul di saat penarikan dukungan militer dan intelijen AS untuk Ukraina guna menekan Kiev agar menerima kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Sebagai tanggapan, sekutu Eropa tengah bergerak untuk meningkatkan dukungannya untuk negara yang dilanda perang itu guna membantunya menahan invasi Moskow, mengutip Politico.
"Presiden Trump telah memperjelas komitmen AS dan komitmennya secara pribadi kepada NATO, dan juga memperjelas harapan bahwa kita di Eropa harus berbuat lebih banyak dalam hal pengeluaran pertahanan," kata sekjen NATO, Mark Rutte.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, membuat aliansi pertahanan Barat bergolak pada bulan lalu ketika mengatakan bahwa Washington tidak akan berpartisipasi dalam pasukan penjaga perdamaian di Ukraina, yang bukan anggota NATO. Pihaknya juga tidak akan membela negara mana pun yang berpartisipasi di dalamnya jika diserang oleh Rusia.