Bendera Afrika Selatan (pexels.com/Engin Akyurt)
Juru bicara kepresidenan, Vincent Magwenya, mengatakan kepada BBC bahwa Afrika Selatan tetap percaya diri menjadi tuan rumah KTT G20 di Johannesburg bulan ini. Pemerintah juga sempat mengecam keputusan AS yang memprioritaskan pengungsi Afrikaner keturunan Belanda-Prancis.
Tema G20 tahun ini menyoroti solidaritas, kesetaraan, dan keberlanjutan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Chrispin Phiri, menilai posisi negaranya unik untuk memperjuangkan nilai tersebut.
“Menggambar perjalanan kita sendiri dari pembagian ras dan etnis ke demokrasi, Afrika Selatan secara unik diposisikan untuk memperjuangkan masa depan solidaritas sejati di dalam G20, di mana kemakmuran bersama menjembatani ketidaksetaraan yang dalam,” katanya kepada BBC.
Ia menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen membangun kerja sama yang berfokus pada keberlanjutan dan pembangunan guna mengatasi dampak kolonialisme di benua Afrika.
Upaya diplomatik juga telah dilakukan oleh Presiden Ramaphosa melalui kunjungan ke Gedung Putih pada Mei lalu bersama sejumlah tokoh politik kulit putih dan pegolf ternama Afrika Selatan. Namun, pertemuan itu berlangsung panas setelah Trump menuding petani kulit putih dibunuh menggunakan bukti yang telah dibantah. Tak lama setelah itu, pada Agustus, AS memberlakukan tarif ekspor 30 persen terhadap Afrika Selatan, angka tertinggi di kawasan sub-Sahara.