G20 Dorong Transparansi dan Keberlanjutan Utang Negara Rentan

- G20 menyatakan risiko krisis utang sistemik terkendali, namun negara berpendapatan rendah hingga menengah menghadapi kesulitan pembayaran bunga pinjaman yang tinggi.
- Perlunya memberikan peran lebih besar bagi negara peminjam dalam negosiasi utang untuk membuat proses restrukturisasi lebih transparan dan adil.
- Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan memperingatkan bahwa meningkatnya utang global menjadi risiko serius bagi stabilitas finansial dan diperlukan peran aktif G20 untuk mengatasi tantangan utang ini.
Jakarta, IDN Times - Forum kerja sama ekonomi yang terdiri dari 19 negara utama dan dua badan regional Uni Eropa dan Uni Afrika (G20), menyatakan bahwa risiko krisis utang sistemik saat ini terkendali. Meski demikian, banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah masih menghadapi pembiayaan yang tinggi dan tantangan lain yang membatasi kemampuan mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, para pejabat keuangan G20 mengeluarkan deklarasi tentang masalah utang. Mereka menegaskan perlunya upaya lebih lanjut untuk memperkuat keberlanjutan utang, meningkatkan transparansi, dan memberi negara-negara peminjam suara lebih besar dalam proses restrukturisasi utang.
1. Pernyataan G20 tentang risiko krisis utang dan langkah transparansi
G20 menegaskan pada Kamis (16/10/2025), bahwa risiko krisis utang sistemik secara umum dapat dikendalikan, tetapi sejumlah negara berpendapatan rendah hingga menengah menghadapi kesulitan pembayaran bunga pinjaman yang tinggi. Deklarasi yang dikeluarkan saat pertemuan IMF dan Bank Dunia ini menuntut kerja sama lebih intensif untuk meningkatkan keberlanjutan utang.
“G20 berkomitmen untuk terus memperkuat Kerangka Kerja Bersama (Common Framework) untuk penanganan utang secara teratur, dapat diprediksi, dan terkoordinasi,” kata Andrea Shalal dari Global Banking and Finance Review.
2. Pentingnya peran negara peminjam dan kritik terhadap inisiatif G20
Dalam pertemuan yang sama, dinyatakan perlunya memberikan peran lebih besar bagi negara-negara peminjam dalam negosiasi utang untuk membuat proses restrukturisasi lebih transparan dan adil. Hal ini bertujuan agar negara-negara tersebut bisa memiliki suara yang kuat dalam menentukan solusi atas krisis utang.
Namun, ada kritik dari kelompok aktivis seperti Iolanda Fresnillo dari European Network on Debt and Development yang menyebut deklarasi G20 tidak memadai dan kurang ambisius untuk mengatasi krisis utang terburuk yang pernah terjadi. Kritik ini disampaikan mengingat tidak ada inisiatif baru signifikan yang diumumkan dalam deklarasi tersebut.
3. Tantangan global dan dukungan internasional
Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan, Lesetja Kganyago, memperingatkan bahwa meningkatnya utang global menjadi risiko serius bagi stabilitas finansial. Ia menegaskan bahwa masalah utang bukan hanya milik negara berkembang, tetapi juga sudah menjadi keprihatinan global.
“Masalah utang bukan hanya masalah pasar negara berkembang,” katanya dalam konferensi IMF dan Bank Dunia di Washington, dilansir Money Control.
Dia menyatakan bahwa diperlukan peran aktif G20 untuk mengatasi tantangan utang ini yang diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 persen dari produk domestik bruto global pada 2029.