Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
AS akan jual jet tempur F-35
Pesawat tempur F-35. (unsplash.com/christiangag)

Intinya sih...

  • Penjualan F-35 disebut AS untuk sekutu utama

  • Peran Arab Saudi dalam stabilitas Timur Tengah

  • Penjualan F-35 ke Saudi dinilai momentum politik AS–Saudi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan, pemerintahannya akan menjual jet tempur F-35 kepada Arab Saudi, menjelang pertemuan White House dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Kepada jurnalis, Trump menyebut, Riyadh sebagai sekutu hebat dan memastikan transaksi pertahanan lanjutan akan berlangsung.

Pernyataan itu disampaikan beberapa jam sebelum pertemuan resmi, yang akan menyoroti pembahasan kerja sama pertahanan dan proyek tenaga nuklir sipil. Ini menjadi kunjungan pertama MBS ke Gedung Putih sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tujuh tahun lalu, peristiwa yang masih membayangi hubungan kedua negara.

Dalam intelijen AS disebutkan MBS menyetujui operasi yang berujung pada pembunuhan Khashoggi, namun sang putra mahkota membantah keterlibatan. Hubungan diplomatik sempat tegang setelah peristiwa tersebut, terutama karena pemerintahan Joe Biden kala itu berjanji menjadikan Saudi sebagai pariah.

Kunjungan MBS kali ini menandai kelanjutan hubungan dekatnya dengan Trump. Pada masa jabatan pertama, keduanya menandatangani kesepakatan senilai hampir 142 miliar dolar AS untuk penjualan senjata, yang disebut Gedung Putih sebagai penjualan pertahanan terbesar dalam sejarah.

1. Penjualan F-35 untuk sekutu utama

jet F-35I milik Israel. (commons.wikimedia.org/U.S Air Force)

Dalam keterangannya, Trump menegaskan rencana penjualan tersebut secara langsung. “Kami akan melakukannya. Kami akan menjual jet F-35,” katanya, dilansir dari BBC, Rabu (19/11/2025).

Ia mengatakan Arab Saudi telah menjadi sekutu hebat, menegaskan kembali dukungan politik dan keamanan antara kedua negara.

Pernyataan itu sekaligus mengirim sinyal kuat pemerintahan Trump berkomitmen memperluas kerja sama militer dengan Riyadh. Jet F-35 sendiri adalah pesawat tempur paling canggih AS dengan teknologi siluman yang sangat sensitif, sehingga penjualannya selalu disertai perdebatan internal.

Meski Trump mendorong penjualan, beberapa pejabat pertahanan AS sebelumnya menyampaikan kekhawatiran terkait potensi risiko keamanan. Kekhawatiran itu terutama soal kemungkinan teknologi F-35 dapat dibagikan Saudi kepada China, mengingat hubungan keamanan antara kedua negara.

Israel, sekutu terdekat AS di Timur Tengah, juga disebut khawatir penjualan F-35 ke Saudi dapat mengganggu keunggulan militer mereka. Saat ini, Israel adalah satu-satunya negara di kawasan yang mengoperasikan F-35.

2. Peran Arab Saudi dalam stabilitas Timur Tengah

Bendera Arab Saudi (unsplash.com/Akhilesh Sharma)

Di luar isu pertahanan, Trump diperkirakan akan kembali mendorong Saudi agar menandatangani Abraham Accords dan menormalisasi hubungan dengan Israel. Trump melihat hal ini sebagai perluasan warisan diplomatiknya di kawasan.

Namun Saudi telah menegaskan normalisasi hanya akan dilakukan bila ada jalur yang jelas menuju negara Palestina, sebuah syarat yang secara terbuka ditolak pemerintah Israel saat ini. Hal ini menempatkan upaya AS dalam posisi rumit di tengah konflik yang terus berlangsung.

Pertemuan White House juga dilakukan setelah perundingan Trump–MBS sebelumnya di Riyadh pada Mei, yang berujung pada pengumuman investasi besar dan kesepakatan senjata berskala raksasa. Kedua negara secara konsisten menempatkan hubungan ekonomi dan keamanan sebagai prioritas.

Harga rata-rata satu unit F-35A tercatat mencapai 82,5 juta dolar AS menurut Lockheed Martin, menjadikan potensi penjualan ini sebagai transaksi bernilai tinggi lainnya antara Washington dan Riyadh.

3. Momentum politik AS–Saudi

Kunjungan ini juga menjadi titik penting bagi MBS secara diplomatik. Sejak kasus Khashoggi pada 2018, citra global Saudi mendapat sorotan tajam, dan hubungan pribadi MBS dengan pemimpin-pemimpin dunia mengalami perubahan signifikan.

Saat Biden menjabat, ia sempat menolak menjamu MBS dan berjanji memperlakukan Saudi sebagai ‘pariah’, meski akhirnya mengunjungi Jeddah pada 2022, untuk kepentingan energi dan stabilitas regional. Meski demikian, pertemuan tersebut tetap membahas kasus Khashoggi.

Kembalinya MBS ke Gedung Putih di bawah Trump menegaskan dinamika hubungan yang lebih pragmatis antara kedua negara, terutama terkait kepentingan keamanan kawasan dan ekonomi global. Penjualan F-35 menjadi salah satu simbol dari hubungan keamanan yang semakin dalam.

Dengan AS sebagai pemasok senjata terbesar bagi Saudi, keputusan terkait F-35 akan menjadi indikator penting sejauh mana Washington bersedia memperluas akses teknologi canggihnya ke Timur Tengah, meskipun menghadapi resistensi dari internal AS dan sekutu dekat seperti Israel.

Editorial Team