Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar bendera Palestina di dinding (unsplash.com/Ash Hayes)
gambar bendera Palestina di dinding (unsplash.com/Ash Hayes)

Intinya sih...

  • Negara-negara Arab dan Palestina mengecam seruan Israel untuk aneksasi Tepi Barat

  • Pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat terus meningkat sejak perang di Gaza pada 2023

  • Hamas mempelajari proposal gencatan senjata baru selama 60 hari di Gaza setelah pecahnya perang dengan Israel

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 30 warga Palestina, termasuk tujuh siswa sekolah menengah atas (SMA), ditangkap oleh pasukan Israel dalam penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki pada Kamis (3/7/2025) pagi. Penangkapan terjadi beberapa jam sebelum para siswa melaksanakan ujian.

Dilansir dari Anadolu, Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) mengungkapkan bahwa penggerebekan tersebut menargetkan para siswa yang hendak mengikuti ujian akhir, khususnya di desa Deir Istiya di mana enam siswa ditahan bersama ayah mereka. Sementara itu, siswa ketujuh ditahan di Tulkarem. Meskipun para orang tua kemudian dibebaskan, para siswa tetap berada dalam tahanan.

Menurut Kementerian Pendidikan Palestina, sedikitnya 67 siswa SMA tidak dapat mengikuti ujian tahun ini akibat penangkapan oleh otoritas Israel.

1. Negara-negara Arab kecam seruan Israel untuk aneksasi Tepi Barat

Penangkapan ini terjadi di tengah meningkatnya seruan dari para menteri dan politisi Israel untuk menganeksasi Tepi Barat, yang telah meningkatkan ketegangan di wilayah pendudukan tersebut. Otoritas Palestina (PA) mengecam seruan itu, menyebutnya sebagai ancaman langsung terhadap stabilitas regional.

"Seruan untuk mencaplok Tepi Barat melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip legitimasi internasional, yang semuanya menegaskan perlunya mengakhiri pendudukan Israel di seluruh wilayah Palestina yang diduduki pada 1967, termasuk Tepi Barat dan Yerusalem Timur,” kata PA dalam sebuah pernyataan.

Negara-negara Arab turut mengecam niat Israel tersebut. Dalam pernyataan di X, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyampaikan penolakan mereka terhadap segala upaya untuk memperluas permukiman di tanah Palestina dan menyatakan pentingnya meminta pertanggungjawaban Israel atas keputusan-keputusan internasional.

Senada dengan Riyadh, Mesir juga secara tegas menolak seruan Israel untuk menganeksasi Tepi Barat, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional yang bertujuan memperkuat pendudukan ilegal atas wilayah Palestina.

2. Pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat meningkat sejak perang di Gaza

Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Timur Tengah pada 1967 dan sejak itu menolak upaya pembentukan negara Palestina berdasarkan solusi dua negara. Sejak pecahnya perang di Gaza pada Oktober 2023, Israel semakin mempercepat aktivitas permukimannya di wilayah pendudukan tersebut.

Menurut data resmi dari pihak Palestina, sedikitnya 988 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 7 ribu lainnya terluka di Tepi Barat akibat serangan pasukan Israel dan pemukim ilegal sejak Oktober 2023. Ribuan orang juga telah ditangkap.

Pada Juli 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina ilegal dan menyerukan evakuasi seluruh pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

3. Hamas pelajari proposal gencatan senjata yang baru

Sementara itu di Gaza, otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa sedikitnya 118 warga Palestina, termasuk 12 pencari bantuan, tewas akibat serangan Israel selama 24 jam terakhir. Dengan jumlah ini, total korban tewas akibat perang Israel di Gaza telah mencapai 57.130 orang, dengan 134.592 lainnya terluka.

Perang tersebut pecah setelah kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sedikitnya 1.139 orang diperkirakan tewas di Israel dalam serangan tersebut, sementara lebih dari 200 lainnya disandera.

Dilansir dari Al Jazeera, Hamas mengatakan sedang mempelajari proposal baru untuk gencatan senjata selama 60 hari di Gaza. Kelompok itu mengungkapkan bahwa mereka menginginkan kesepakatan yang dapat mengakhiri perang dan memastikan penarikan tentara Israel dari wilayah tersebut.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut, dan mendesak Hamas agar menerima kesepakatan itu jika tidak ingin situasi semakin memburuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team