Krisis yang terjadi di Turkmenistan tengah berdampak pada terjadinya antrian panjang di sejumlah toko roti bersubsidi, di mana roti bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Bahkan, para penjual roti terpaksa buka pada malam hari demi mencegah kerumunan pembeli.
Warga juga memberlakukan giliran pada anggota keluarganya untuk mengantri dalam membeli roti, bahkan menyuruh anak kecil atau orang tua agar ikut dalam antrian. Sedangkan setiap orang hanya diperbolehkan membeli tiga buah roti saja dan hanya maksimal 5-10 orang yang berada di dekat toko.
Sementara itu, aparat kepolisian ikut berjaga dan mengatur antrian pembeli roti. Namun, aparat kepolisian melarang siapapun untuk memotret atau merekam antrian panjang di Turkmenistan kali ini. Tak jarang mereka menyita ponsel demi mencegah tersebarnya video atau foto kejadian di negara itu.
Di sisi lain, persediaan roti di toko swasta sangat melimpah, tetapi harganya melambung tinggi lantaran adanya inflasi. Selain itu, sejumlah bahan makanan, terutama tepung sudah langka dan tidak dapat ditemui. Akibat kelangkaan ini, sejumlah toko roti terpaksa tutup, dilaporkan dari Asia News.
RFE/RL mengungkapkan, negara kaya energi itu diketahui sedang mengalami krisis ekonomi akut yang ditambah dengan COVID-19. Hal ini mengakibatkan tingginya angka pengangguran, langkanya makanan dan obat-obatan.
Bahkan, di tengah krisis ini Pemerintah Turkmenistan sudah melakukan perlawanan kepada para aktivis di luar negeri. Di samping itu, pihaknya juga telah meiningkatkan pembatasan internet dengan memblokir sosial media dan sejumlah website.