Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret kota Seoul di Korea Selatan. (pexels.com/Gije Cho)

Jakarta, IDN Times - Konten ilegal dan berbahaya melonjak tajam di Korea Selatan (Korsel) dalam tiga bulan terakhir, tepatnya setelah mantan Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer pada 3 Desember.

Data pemerintah menunjukkan hampir 3.600 unggahan ditandai untuk dihapus di seluruh platform internet utama. Komisi Standar Komunikasi Korea kepada Perwakilan Partai Demokrat, Lee Jung-heon, melaporkan bahwa 3.576 unggahan menjadi sasaran permintaan penghapusan antara 4 Desember 2024 hingga 29 Februari 2025, dilansir Korea Herald pada Senin (14/4/2025).

1. Konten berisi pencemaran nama baik hingga cyberstalking

Permintaan penghapusan konten sebagian besar berasal dari Naver, website terbesar di Korsel, dengan 3.138 kasus. Ini mencakup berbagai pelanggaran, seperti pencemaran nama baik, konten yang bersifat vulgar, dan cyberstalking.

Terkait kebencian dan konten diskriminatif secara khusus, DCInside, salah satu forum internet yang populer di Korsel dan condong ke kanan, menduduki peringkat teratas. DCInside menyumbang 156 unggahan yang ditandai sebagai ujaran kebencian.

Lalu, diikuti oleh situs forum internet Ilbe Storehouse (cabang dari DCInside yang berhaluan paling kanan) dengan 97 unggahan, dan FMKorea dengan 1 unggahan.

Sementara itu, dari portal Naver, maupun portal Daum milik Kakao melaporkan tidak ada permintaan penghapusan unggahan dalam kategori ini.

2. Polisi selidiki keterkaitan unggahan di media sosial dengan kerusuhan massa

Editorial Team

EditorRahmah N

Tonton lebih seru di