Ukraina: Putin Gunakan Dialog Istanbul untuk Tunda Sanksi

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Andrii Sybiha, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan dialog perdamaian palsu di Istanbul hanya untuk menunda sanksi lanjutan dari Barat.
"Putin menggunakan pertemuan Istanbul sebagai propaganda di dalam negeri dan mengimitasi proses perdamaian, mengulur waktu, dan menunda batas waktu sanksi kepada Rusia," tuturnya pada Sabtu (17/5/2025), dikutip dari Ukrinform.
Sebelumnya, Putin menolak hadir langsung di Turki untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Ia pun mengirimkan delegasi level kedua untuk bernegosiasi dengan delegasi Ukraina.
1. Desak Barat tekan Rusia untuk negosiasi damai
Sybiha menyerukan kepada seluruh dunia, terutama Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS), untuk menekan Rusia dengan menjatuhkan sanksi ekonomi tambahan.
"Lebih besar tekanan yang diberikan kepada Rusia, termasuk di sektor perbankan, minyak dan gas, serta embargo energi Rusia. Kami berharap kebijakan lebih dari paket sanksi ke-17 UE kepada Rusia akan diimplementasikan dalam mendesak Rusia mau bernegosiasi damai," ungkapnya.
Dia menambahkan, tekanan ekonomi kepada Rusia harus disertai dengan penguatan Ukraina, termasuk dalam bantuan pertahanan dan paket pencegahan agresi maupun serangan udara, serta investasi di industri pertahanan Ukraina.
Ia pun mengajak Rusia agar segera menyetujui gencatan senjata secara penuh dengan jangka waktu panjang, berharap agar Moskow memulai proses perdamaian yang berarti.