Obrolan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di WEF 2020 Davos

Memuji peran Indonesia dalam perdamaian

Davos, IDN Times - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengapresiasi peran Indonesia yang berupaya menjadi mediator perdamaian antara Afghanistan dan Taliban Pakistan. 

“Indonesia memainkan peran yang pas, bersama mantan wakil presiden Jusuf Kalla,” ujar Presiden Ghani, menjawab pertanyaan IDN Times dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah anggota International Media Council WEF 2020, di Gedung Congress, Davos, 23 Januari 2020.

Menurut Ghani, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memainkan peran dengan membawa kelompok ulama dari tiga negara, ke pertemuan bersama. Dimulai dari pertemuan 700-an ulama pada akhir Desember 2017 yang membahas konsultasi ulama untuk perdamaian. Antara lain menyerukan kepada kelompok militan Taliban agar tidak menggunakan istilah “jihad” untuk aksi terorisme.

“Tiga hari setelah pertemuan itu saya memberlakukan gencatan senjata,” tutur Ghani.

Berdiskusi secara intensif dengan Presiden Ashraf Ghani adalah bagian dari program Majelis Media Internasional (IMC) yang dibentuk oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang diselenggarakan setiap bulan Januari di Davos, sebuah resor ski di pegunungan Alpine, Swiss. WEF 2020 adalah pertemuan ke-50 kalinya, menghadirkan lebih dari 50 kepala pemerintahan, 3000 peserta dan 400 sesi.

Tema WEF 2020 adalah “Stakeholders Capitalism for A Cohesive and Sustainable World.”  Sesi-sesi banyak membahas bagaimana memberikan makna baru kepada kapitalisme, peran yang selama ini mendominasi peserta WEF, sehingga sering disebut dengan Jambore tahunan orang-orang terkaya di dunia.

Baca juga :  Yuk, saksikan foto-foto perhelatan WEF 2020 di Davos Swiss

1. Presiden Afghanistan memuji Islam Indonesia, yang pada dasarnya sama dengan Islam yang dikembangkan di negaranya

Obrolan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di WEF 2020 DavosPresiden Afghanistan Ashraf Ghani, Diskusi IMC, WEF 2020 di Davos, Swiss (IDN Times/Uni Lubis)

Presiden Ghani kemudian menjelaskan bahwa peran Indonesia telah membawa ulama di kawasan Timur Tengah ikut dalam upaya mendorong perdamaian itu. Termasuk ulama yang memimpin dua masjid suci bagi umat Islam, Masjidil Haram di Mekah dan Masjidil Nabawi di Madinah.

“Islam di Indonesia merepresentasikan Islam yang dikembangkan di Afghanistan selama ini. Islam yang moderat, toleran, dan merangkul peradaban sipil. Dialog yang dibangun antara Indonesia dengan ulama di kawasan timur Asia penting untuk proses deradikalisasi,” kata Presiden Gani.

2. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pertemuan ulama untuk mendorong perdamaian di Afghanistan

Obrolan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di WEF 2020 DavosPresiden Afghanistan Ashraf Ghani, Diskusi IMC, WEF 2020 di Davos, Swiss (IDN Times/Uni Lubis)

Pada Mei 2018, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ulama dan pakar Islam dari tiga negara, yaitu Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia. Pertemuan itu dibuka oleh Presiden Joko “ Jokowi” Widodo di Istana Bogor pada tanggal 11 Mei 2018. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi tuan rumah acara yang berjudul, “Islam as Rahmatan lil Alamin: Peace and Stability in Afghanistan.”

Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan, “pertemuan ini adalah bagian dari komitmen Indonesia untuk mendorong peran ulama dalam perdamaian.” Dia juga menekankan bahwa bagi Indonesia, perdamaian dan stabiitas di Afghanistan menjadi salah satu tujuan penting diplomasi RI. 

Sebelum pertemuan di Bogor itu, Jokowi bertemu dengan Presiden Gani dan Presiden Pakistan Mamnoon Hussain  dan Perdana Menteri Shahid Abbasi dan mengusulkan pertemuan ulama ketiga negara. Usulan ini disambut baik.

3. Perdamaian, memberantas korupsi dan membangun ekonomi jadi prioritas Presiden Afghanistan

Obrolan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di WEF 2020 DavosPresiden Afghanistan Ashraf Ghani, Diskusi IMC, WEF 2020 di Davos, Swiss (IDN Times/Uni Lubis)

Diskusi terbatas diawali dengan canda dari pemimpin redaksi yang hadir, bahwa “menjadi presiden Afghanistan adalah pekerjaan paling berat di dunia.” Tentu dibandingkan presiden lain. Ashraf Ghani menyambut canda itu dengan tertawa. Sepanjang diskusi dia memegang sebuah tasbih panjang. Tangannya pelan-pelan memilin tasbih. Dia menjawab semua pertanyaan dalam diskusi yang berlangsung selama satu jam itu dengan terbuka.

Termasuk ketika ditanya soal klaim Perdana Menteri Pakistan Imran Khan bahwa di Pakistan sudah tidak ada lagi kelompok militan. “Kamu percaya?” Ghani balik bertanya.

Presiden AS Donald. J Trump dalam pertemuan dengan Presiden Ghani di sela-sela WEF 2020 mengatakan, “tidak akan ada negosiasi bermakna sampai Taliban secara drastis mengurangi aksi kekerasan.”

Ghani yang baru saja memenangi pemilihan presiden untuk periode kedua, dengan margin tipis, mengakui sedang dalam proses membangun legitimasi dan kepercayaan.  Prioritasnya adalah mewujudkan perdamaian di negaranya, memberantas korupsi, dan membangun ekonomi.

“Afghanistan bukan negara miskin. Kami punya banyak sumber daya alam. Dan kami akan membangun energi terbarukan mulai dari angin dan panas bumi,” kata Ghani. 

Dia mengutip survei di negerinya yang mengatakan 65 persen responden menganggap Afghanistan menuju arah yang benar. “Prioritas lain adalah menyiapkan generasi muda untuk transisi generasi, termasuk pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan,” kata Ghani.

Menyinggung tema WEF 2020 dan relevansinya dengan kondisi di Afghanistan, Ghani mengatakan, “Gajah di dalam ruangan adalah (isu) lingkungan.”

Pentingnya menangani isu lingkungan bahkan dianggap lebih krusial ketimbang konflik.  “Dampak dari pemanasan global sangat merugikan bagi negara-negara seperti India dan Pakistan, di mana es lapisan es yang meleleh dan suhu air laut yang meningkat telah memicu cuaca ekstrem dan banjir yang mengerikan.”

Presiden Ghani adalah bagian dari komunitas Pahstun, suku mayoritas di Afghanistan. Dia mulai memimpin negeri yang dikoyak perang itu sejak 2014, ketika 100 ribuan tentara koalisi NATO meninggalkan Afghanistan. Gara-gara itu juga, kelompok militan Taliban mulai menggerogoti pemerintahan Ghani.  Mereka menganggap Ghani adalah “boneka AS”.

Sebelum menjadi presiden, Ghani menjadi Menteri keuangan di era Presiden Hamid Karzai. Ghani pernah bekerja sebagai akademisi di AS, dan di Bank Dunia.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya