Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret anak-anak yang terdampak dari gempa bumi berkekuatan 7,7 yang terjadi pada 28 Maret 2025 di Mandalay, Myanmar. (x.com/UNReliefChief)
Potret anak-anak yang terdampak dari gempa bumi berkekuatan 7,7 yang terjadi pada 28 Maret 2025 di Mandalay, Myanmar. (x.com/UNReliefChief)

Intinya sih...

  • UNICEF mengatakan anak-anak di Myanmar kehilangan rumah dan terpapar penyakit karena tidur di luar.
  • Gempa berkekuatan 7,7 dan susulannya membuat lebih dari 3.500 orang tewas, banyak diantaranya anak-anak.
  • Operasi bantuan UNICEF terhambat oleh hujan lebat, kekurangan air bersih, dan dana yang parah.

Jakarta, IDN Times - UNICEF mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk membantu anak-anak di Myanmar. Sebab, banyak anak kehilangan rumah dan terpaksa tidur di luar, sehingga membahayakan kesehatan mereka.

"Suhu udara di siang hari meningkat hingga 40 derajat dan anak-anak terpapar nyamuk di daerah-daerah yang sudah menjadi endemik penyakit, seperti demam berdarah dan malaria," kata Eliane Luthi, pejabat UNICEF untuk regional Asia Timur dan Pasifik dikutip, dari NHK News pada Selasa (8/4/2025).

Myanmar dilanda gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 pada 28 Maret 2025 dan diikuti oleh gempa susulan berkekuatan magnitudo 6,4. Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, menjadi episentrum gempa. Lebih dari 3.500 orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka, banyak diantaranya adalah anak-anak.

1. Kekurangan air bersih berisiko terhadap anak-anak

Luthi mengungkapkan bahwa saat ini terjadi kekurangan air minum bersih, di mana hal tersebut benar-benar menjadi kombinasi berbagai faktor yang sangat berisiko bagi anak-anak di lapangan.

"UNICEF berencana untuk menyediakan sekitar 160 metrik ton perlengkapan, seperti tenda dan obat-obatan ke daerah yang terkena dampak pekan ini, melalui penerbangan carteran. Akan tetapi, hujan lebat membuat operasi bantuan menjadi lebih rumit," ujarnya.

Selain itu, UNICEF saat ini menghadapi kekurangan dana yang parah dan meminta masyarakat internasional untuk memberikan dukungan segera karena kebutuhan di lapangan sangat besar.

2. Sebelum gempa, 6,5 juta anak di Myanmar butuh bantuan kemanusiaan

Gempa bumi dan gempa susulan yang terjadi di Myanmar telah memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan karena kebutuhan yang dihadapi keluarga meningkat setiap jamnya.

UNICEF melaporkan anak-anak termasuk yang paling terdampak karena menghadapi risiko cedera, trauma, perpisahan dari keluarga, dan gangguan lebih lanjut terhadap stabilitas yang mereka miliki. Banyak keluarga yang sudah bertahan hidup dalam kondisi yang rapuh, kini menghadapi kesulitan yang lebih besar dengan akses terbatas ke air bersih, layanan kesehatan, dan tempat berteduh.

Bahkan, sebelum gempa melanda lebih dari 6,5 juta anak di Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan. Satu dari tiga orang yang mengungsi di negara itu adalah anak-anak. Kini, gempa bumi telah menambah lapisan krisis lainnya, mendorong keluarga-keluarga yang sudah rentan melewati batas.

3. Bandara-bandara yang terdampak gempa mulai beroperasi

Ilustrasi sebuah bandara. (unsplash.com/Rocker Sta)

Penerbangan telah kembali beroperasi di bandara-bandara di wilayah yang terkena dampak gempa bumi. Otoritas penerbangan setempat mengatakan bandara di kota Mandalay dibuka kembali pada Jumat, diikuti oleh bandara internasional di ibu kota Naypyitaw pada Sabtu.

Saat gempa terjadi, beberapa kerusakan terjadi di sejumlah bandara di seluruh Myanmar. Sebuah menara pengawas di bandara di Naypyitaw runtuh.

Diharapkan dengan pembukaan kembali bandara dapat mempercepat penyaluran bantuan kepada mereka yang membutuhkannya. Sebelumnya, jalanan tidak dapat dilalui di beberapa daerah yang dilanda bencana, sehingga sulit mengangkut pasokan bantuan melalui darat.

Dampak dari bencana juga menyebabkan rumah, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur penting mengalami kerusakan parah. Tanah longsor dan jalan yang ambruk menyebabkan banyak masyarakat kehilangan listrik dan koneksi seluler.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team