AstraZeneca Tegaskan Tak Ada Bukti Vaksinnya Picu Penggumpalan Darah  

Produsen jamin vaksin COVID-19 ini aman digunakan

Jakarta, IDN Times - Produsen vaksin COVID-19, AstraZeneca, angkat suara terkait penangguhan inokulasi di sejumlah negara, menyusul kekhawatiran efek samping berupa penggumpalan darah. AstraZeneca memastikan bahwa vaksin tersebut telah melalui berbagai uji klinis sehingga aman digunakan.
 
Mereka juga menegaskan, tidak ditemukan bukti bahwa efek samping dari vaksin asal Inggris ini menyebabkan penggumpalan darah.
 
“Tinjauan cermat terhadap semua data yang tersedia, setelah lebih dari 17 juta orang di Uni Eropa dan Inggris divaksinasi dengan AstraZeneca, tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam (DVT) atau trombositopenia, dalam kelompok usia, jenis kelamin, kelompok tertentu atau di negara tertentu,” kata produsen dikutip dari laman astrazeneca.com, Senin (15/3/2021).

Baca Juga: Pembekuan Darah, Sejumlah Negara Eropa Tangguhkan Vaksin AstraZeneca

1. Kejadian serupa juga muncul setelah disuntik vaksin lain

AstraZeneca Tegaskan Tak Ada Bukti Vaksinnya Picu Penggumpalan Darah  Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Penangguhan bermula dari laporan otoritas kesehatan Denmark seputar perempuan yang meninggal akibat penggumpalan darah setelah disuntikkan vaksin AstraZeneca. Negara-negara Eropa lainnya seperti Islandia, Italia, Spanyol, dan Norwegia akhirnya melakukan penundaan, sembari menanti hasil asesmen dari Badan Kesehatan Eropa (EMA).  
 
Sejauh ini, di seluruh Uni Eropa dan Inggris, terdapat 15 kejadian DVT dan 22 kejadian emboli paru yang dilaporkan setelah menerima vaksin non-AstraZeneca. Artinya, kejadian DVT atau emboli paru setelah menerima AstraZeneca lebih rendah dari kejadian yang telah muncul setelah disuntikkan vaksin berlisensi lainnya.
 
“Jumlah kasus pembekuan darah yang dilaporkan lebih rendah daripada ratusan kasus yang diperkirakan di antara populasi umum," tutur Kepala Petugas Medis AstraZeneca, Ann Taylor.
 
Dia menambahkan, “sifat pandemik telah meningkatkan perhatian dalam kasus individu, dan kami telah melampaui praktik standar untuk pemantauan keamanan obat-obatan berlisensi dalam melaporkan kejadian vaksin, untuk memastikan keamanan publik.”

2. Tidak ada permasalahan pada vaksin yang diproduksi periode tertentu

AstraZeneca Tegaskan Tak Ada Bukti Vaksinnya Picu Penggumpalan Darah  Ilustrasi vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/Jojon

Thailand menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menunda penggunaan vaksin AstraZeneca. Keputusan itu diambil karena Bangkok hendak memproduksi AstraZeneca secara lokal, menjadikannya sebagai senjata utama untuk menghadapi pandemik COVID-19.
 
Karena ketergantungan yang sangat tinggi terhadap vaksin tersebut, otoritas kesehatan Thailand hendak mencari tahu, apakah penggumpalan darah disebabkan oleh vaksin yang diproduksi pada periode tertentu atau di tempat tertentu. Sebab, AstraZeneca yang baru saja tiba di Thailand pekan lalu tidak diproduksi di Eropa.

“Tidak ada masalah yang dikonfirmasi terkait dengan batch vaksin kami yang digunakan di seluruh Eropa atau di seluruh dunia. Pengujian tambahan telah dan sedang dilakukan oleh kami sendiri, serta secara independen oleh EMA. Tidak satu pun dari pengujian ulang ini yang menunjukkan kekhawatiran,” tulis AstraZeneca.

Baca Juga: Portugal Izinkan Vaksin AstraZeneca untuk Lansia di Atas 65 Tahun

3. Penundaan vaksinasi sangat tidak dianjurkan

AstraZeneca Tegaskan Tak Ada Bukti Vaksinnya Picu Penggumpalan Darah  Ilustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Sejak awal kasus ini mencuat, EMA sangat tidak menganjurkan untuk menunda vaksinasi nasional. Semakin lama vaksinasi dilakukan, maka semakin lama pandemik dan semakin banyak juga korban akan berjatuhan.
 
Konsultan untuk pengendalian penyakit menular di Inggris Peter English menambahkan, kerugian yang diterima akibat penundaan inokulasi akan sangat besar, sekalipun hal itu dilakukan atas prinsip kehati-hatian.  
 
"Sangat disesalkan bahwa negara-negara telah menghentikan vaksinasi dengan alasan kehati-hatian. Berisiko menimbulkan kerugian nyata pada tujuan memvaksinasi, yaitu memperlambat penyebaran virus dan mengakhiri pandemik,” kata Peter dikutip dari Reuters.
 
Sebagai penegasan, AstraZaneca mengungkap kembali proses uji klinis yang harus mereka lewati. Setidaknya, mereka telah melakukan 60 pengujian dengan melibatkan lebih dari 20 laboratorium independen.
 
“Semua pengujian harus memenuhi kriteria yang ketat untuk kontrol kualitas, dan data ini dikirimkan ke regulator di setiap negara atau wilayah untuk ditinjau secara independen, sebelum batch apa pun dapat dirilis ke negara-negara tersebut,” tegas produsen.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya