Biden: Amerika Serikat Merdeka dari COVID-19, tapi Dijajah Pandemik

Biden puji kampanye vaksinasi sebagai aksi heroik

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan negaranya telah merdeka dari virus corona, meski masih terjajah oleh situasi akibat pandemik. Pernyataan itu disampaikan ketika AS merayakan hari ulang tahunnya ke-245 pada 4 Juli 2021.

Biden berbicara di hadapan lebih dari 1.000 orang di halaman selatan Gedung Putih. Dia juga memuji kampanye vaksinasi sebagai tindakan heroik untuk terbebas dari penjajahan pandemik.

“Hari ini, di seluruh negara ini, kita dapat mengatakan dengan percaya diri, Amerika akan kembali bersama. Hari ini, sementara virus belum dimusnahkan, kita tahu bahwa virus itu tidak lagi mengendalikan hidup kita, tidak lagi melumpuhkan bangsa,” kata Biden dikutip dari SCMP, seraya memperingatkan masyarakat untuk tidak terlalu berpuas diri.

1. Aktivitas ekonomi AS berangsur pulih

Biden: Amerika Serikat Merdeka dari COVID-19, tapi Dijajah PandemikIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemudian, Presiden ke-46 AS itu mengajak seluruh warganya yang belum divaksinasi untuk segera mendapat suntikan. Biden mengakui bila pertempuran melawan virus adalah peperangan yang mahal, baik secara finansial atau korban yang berjatuhan, dengan lebih dari 603 ribu warga AS meninggal dunia.

Pernyataan Biden merujuk pada data yang menunjukkan transmisi virus corona, angka rawat inap dan angka kematian mulai menurun. Washington juga mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonominya. Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan, lebih dari 850 ribu pekerjaan tercipta pada Juni 2021.

“Kami melihat rekor penciptaan lapangan kerja dan rekor pertumbuhan ekonomi, yang terbaik dalam empat dekade, dan saya dapat menambahkan, yang terbaik di dunia,” kata Biden.

Baca Juga: Amerika Sumbang 4 Juta Dosis Vaksin Moderna untuk Indonesia

2. Target vaksinasi AS meleset 3 persen

Biden: Amerika Serikat Merdeka dari COVID-19, tapi Dijajah PandemikIlustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Gedung Putih mengundang ratusan pekerja sektor esensial, keluarga militer dan anggota staf administrasi untuk melihat kembang api Hari Kemerdekaan di South Lawn. Biden menjadikan momen itu untuk mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat sehingga AS dapat memvaksinasi sekurangnya 67 persen untuk satu dosis orang dewasa.  

Namun, Biden melewatkan target awal untuk mencapai angka 70 persen vaksinasi pada 4 Juli. Kendati begitu, berdasarkan peringkat ketahanan COVID-19 Blomberg, AS akan menjadi negara terbaik ketika aktivitas ekonomi mulai dibuka kembali. Faktor utama yang menempatkan AS di peringkat pertama adalah kampanye vaksinasi yang masif dan efektif.

Tantangan yang saat ini dihadapi AS, dan banyak negara di bebagai belahan dunia, adalah virus corona varian delta yang lebih menular. Negara bagian New York hingga California telah melaporkan peningkatan tes positif.

3. AS belum sepenuhnya terbebas dari ancaman COVID-19

Biden: Amerika Serikat Merdeka dari COVID-19, tapi Dijajah PandemikKepala Penasihat Medis Gedung Putih, Dr. Anthony Fauci. (Instagram.com/doc.fauci)

Sayangnya, kampanye vaksinasi di AS mulai melambat, karena rendahnya permintaan, terkhusus di kalangan anak muda dan penolakan dari negara bagian konservatif. Laju inokulasi di AS turun sekitar dua pertiga sejak April, dengan sekitar 1,1 juta dosis sekarang diberikan setiap hari. Pada tingkat itu, dibutuhkan lima bulan lagi bagi 75 persen populasi AS untuk divaksinasi.

Jajak pendapat yang dilakukan Washington Post/ABC News mendapati bahwa dua dari 10 orang AS percaya bila mereka tidak akan terpapar COVID-19, angkanya naik 16 persen dari bulan April.

Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS, mengatakan kepada NBC bahwa orang yang tidak divaksinasi saat ini menyumbang 99,2 persen dari kematian imbas virus corona.

Dilansir dari Worldometers, AS mencatatkan 34 juta kasus positif sepanjang pandemik COVID-19. California dan Texas menjadi dua negara bagian dengan kasus infeksi terbanyak, masing-masing melaporkan 3,8 juta kasus dan tiga juta kasus.

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya