Desa di Selandia Baru Larang Warganya Memiliki Kucing, Kenapa Ya? 

Padahal kucing lucu, kok dilarang ya?

Omaui, IDN Times- Lembaga Environment Southland di Selandia Baru tengah merancang aturan soal larangan memelihara kucing. Sekalipun masyarakat di wilayah Omaui masih ingin memeliharanya, mereka harus mendaftarkan kucingnya dan tidak boleh memilikinya lagi setelah kucing tersebut mati.  

Aturan ini tentu terdengar sangat ektrem dan memicu kontroversi. Namun, lembaga tersebut merasa hal itu diperlukan lantaran kucing menjadi hewan yang paling bertanggung jawab atas matinya jutaan burung dan mamalia setiap tahunnya.  

"Jadi kucing anda dapat menjalani hidup alamiahnya di Omaui dengan senang hati. tapi ketika itu sudah mati, kamu tidak akan bisa mendapatkannya lagi," kata manajer Operasi bio-Keamanan Ali Meade sebagaimana dikutip dari BBC, Kamis (30/8). 

 

1. Kucing harus diperlakukan layaknya anjing

Desa di Selandia Baru Larang Warganya Memiliki Kucing, Kenapa Ya? instagram.com/p/BireiVvno9D/?taken-by=zappa_the_cat

Dr Peter Marra, Kepala Pusat Migrasi Burung The Smithsonian, menggarisbawahi perbedaan perlakuan manusia dalam memelihara kucing dan anjing. Kucing yang selama ini dibebaskan melakukan aktivitas di luar rumah menjadi penyebab banyaknya hewan mati pada malam hari.  

"Kucing adalah hewan peliharaan yang luar biasa, mereka keren. Tapi mereka tidak diharuskan berada di luar ruangan. Ini solusi yang sangat jeas. Kita tentu tidak membiarkan hal itu kepada anjing. Karena itu ini sudah waktunya untuk memperlakukan kucing seperti anjing," kata Marra. 

 

2. Kucing dianggap mengganggu ekosistem

Desa di Selandia Baru Larang Warganya Memiliki Kucing, Kenapa Ya? instagram.com/white_coffee_cat

Ketua Omaui Landscape Charitable Trust, John Collins, menuturkan bila pembatasan kucing adalah cara untuk melindungi keragaman hayati. "Kami bukan pembenci kucing, tetapi kami ingin lingkungan menjadi kaya akan margastawa," tuturnya.  

Sebenarnya pro-kontra mengenai kucing bukanlah hal baru. Para ilmuan konservasi telah memasukkan kucing dalam kategori 100 hewan non-native (tidak memiliki tempat asal) paling buruk di dunia. Bahkan, Marra mengatakan, 63 spesies yang hewan yang punah tidak bisa dilepaskan dari populasi kucing yang terus meningkat. Dalam kondisi daerah tertentu, yang ekosistemnya sensitif seperti Selandia Baru, kepunahan spesies lain disebabkan kucing sangat mungkin terjadi.  

 

Baca Juga: Terharu, Puluhan Kucing dan Anjing Berhasil Selamat dari Kebakaran

3. Sempat ada kampanye $10 untuk satu kepala kucing

Desa di Selandia Baru Larang Warganya Memiliki Kucing, Kenapa Ya? instagram.com/@appa_the_cat

Sebelum Selandia Baru, Australia sempat melakukan kampanyes serupa. Bila masyarakat ingin memelihara kucing, mereka harus tinggal di dalam rumah dan sudah dikebiri. Selain itu, masyarakat juga dibatasi dalam kepemilikannya.  

Bahkan, beberapa tahun lalu sempat muncul kampanye di daerah Queensland yang menawarkan hadiah $10 untuk setiap kepala kucing liar. Tentu gerakan ini menuai kontroversi. Nico Jarvis sebagai pemilik kucing mengaku hewan peliharaannya telah membantu dirinya mengusir tikus dari dalam rumah.  

Baca Juga: 15 Artis Korea Gagah ini Pencinta Kucing, Jadi Pengen Minta Dielus

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya