Indonesia Serukan Nuklir sebagai Instrumen Perdamaian dan Kemakmuran

Indonesia kembangkan varietas padi dengan nuklir

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, menyerukan penggunaan nuklir untuk tujuan damai. Pernyataan itu disampaikan dalam pertemuan General Conference ke-65 Badan Energi Atom Dunia (International Atomic Energy Agency/IAEA) yang dihelat secara virtual pada Senin (20/9/2021).

“Kita harus terus mendorong penggunaan nuklir untuk tujuan damai,” kata Menlu RI dalam pernyataannya, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.

Baca Juga: Politikus Korsel Soal Korut: Nuklir Dilawan Nuklir, AS Jangan Naif!

1. Indonesia paparkan manfaat positif dari nuklir

Indonesia Serukan Nuklir sebagai Instrumen Perdamaian dan KemakmuranMenteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika berkomunikasi dengan Menlu UEA (www.twitter.com/@Menlu_RI)

Dalam kesempatan yang sama, Retno juga menyoroti nilai positif dari nuklir, seperti pengembangan varietas padi. Sejak 2013, misalnya, Indonesia yang diwakili oleh Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman Pangan (PAIR) bekerja sama dengan IAEA dan Badan Pangan Dunia (FAO) telah berhasil mengembangkan 23 varietas padi baru.

Kiprah Indonesia tersebut diapresiasi dunia internasional hingga memperoleh penghargaan FAO/IAEA Outstanding Achievement Award sebanyak dua kali, pada 2014 dan 2021.

“Kami merasa terhormat memperoleh FAO/IAEA Outstanding Achievement Award. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan terhadap dampak sosial ekonomi dari kolaborasi yang kami lakukan dan bukti kontribusi nuklir terhadap pembangunan berkelanjutan,” ujar Retno.

2. Indonesia prihatin dengan Pakta Aukus yang dapat memicu perlombaan senjata

Indonesia Serukan Nuklir sebagai Instrumen Perdamaian dan KemakmuranIlustrasi Kapal Selam (IDN Times/Aditya Pratama)

Terkait penggunaan nuklir untuk tujuan kemanusiaan, ada tiga aspek yang harus dipastikan, yaitu keselamatan (safety), keamanan (security), dan perlindungan (safeguards) nuklir.

Sayangnya, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sejumlah negara yang menjadikan nuklir sebagai senjata. Beberapa hari lalu, Indonesia menyampaikan keprihatinannya terhadap Pakta Aukus, kemitraan keamanan antara Amerika Serikat (AS)-Inggris-Australia, yang dikhawatirkan dapat memicu perlombaan senjata.

Pasalnya, salah satu klausul dalam pakta tersebut adalah Washington akan membuat kapal selam bertenaga nuklir untuk Canberra.

“Indonesia sangat prihatin atas terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan. Indonesia menekankan pentingnya komitmen Australia untuk terus memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi nuklir,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI.

Baca Juga: Peringati Bom Atom Hiroshima, Dubes RI Dukung Pelucutan Senjata Nuklir

3. Indonesia harap nuklir bisa dimanfaatkan untuk perdamaian dan kemakmuran

Indonesia Serukan Nuklir sebagai Instrumen Perdamaian dan KemakmuranIlustrasi bahan nuklir. (Pixabay.com/ar130405)

Indonesia juga menyoroti menafaat nuklir dalam upaya mengentaskan pandemik COVID-19, yaitu nuklir untuk mendeteksi varian virus baru dan mencegah terjadinya pandemik di masa depan.

Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung IAEA dalam meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir negara-negara berkembang melalui kerja sama teknis yang inklusif, termasuk melalui Kerja Sama Selatan-Selatan.

“Mari kita lanjutkan kerja kolektif untuk ‘mempercepat dan memperluas kontribusi energi atom bagi perdamaian, kesehatan, dan kemakmuran’ sebagaimana yang tercantum dalam Piagam IAEA,” kata Menlu.

General Conference (GC) ke-65 IAEA berlangsung tanggal 20-24 September 2021. GC merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak tahun 1956 yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota IAEA untuk menentukan arah kebijakan IAEA dalam menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.

Baca Juga: Deretan Kasus Kapal Selam Nuklir yang Tenggelam sepanjang Sejarah

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya