Kebencian pada Yahudi di Eropa Meningkat Selama Pandemik COVID-19

Yahudi diyakini sebagai penyebab munculnya pandemik

Jakarta, IDN Times - Laporan Hak-Hak Fundamental Uni Eropa (FRA) menyatakan kebencian terhadap Yahudi atau anti-semitisme meningkat selama pandemik COVID-19. Laporan itu menyoroti kebencian yang semakin meningkat di ranah media sosial.

Faktor utama yang menjelaskan munculnya tren itu adalah mitos, teori, dan konspirasi bahwa Yahudi adalah penyebab pandemik muncul ke dunia, demikian dilaporkan Middle East Eye.

Dalam temuan bertajuk “Anti-Semitisme: Tinjauan Insiden Anti-Semit yang tercatat di Uni Eropa 2010-2020,” dikatakan pula bahwa aksi-aksi yang menunjukkan kebencian terhadap Yahudi jarang dilaporkan secara resmi.

Baca Juga: Perang Khaibar, Perjuangan Rasulullah Taklukkan Yahudi di Bulan Safar

1. Kesenjangan data jadi sorotan dalam hasil studi

Kebencian pada Yahudi di Eropa Meningkat Selama Pandemik COVID-19Ilustrasi Yahudi (IDN Times/Mardya Shakti)

Metode yang digunakan dalam studi FRA adalah tinjauan data resmi yang dikumpulkan negara-negara anggota UE, dan data tidak resmi yang diperoleh dari organisasi masyarakat sipil.

FRA juga mengambil data dari Albania, Makedonia Utara, dan Serbia, semua negara yang akan bergabung dengan Uni Eropa (UE). Tidak ada data resmi yang tersedia dari Hongaria dan Portugal.

Kesenjangan data dalam studi tersebut menyebabkan hasil temuan tidak bisa menjelaskan secara utuh, bagaimana pandemik COVID-19 mengakselerasi anti-semitisme.

2. Tren anti-semitisme di beberapa negara Eropa

Kebencian pada Yahudi di Eropa Meningkat Selama Pandemik COVID-19Ilustrasi umat Yahudi di Israel (Pixabay.com/stinne24)

Kelompok hak asasi manusia di Jerman mencatat hubungan antara lonjakan anti-semitisme dengan pandemik COVID-19.

Pada bulan-bulan awal pandemik, Departemen Penelitian dan Informasi Anti-Semitisme Berlin melaporkan, terjadi peningkatan 44 persen insiden yang merugikan Yahudi terkait narasi virus corona.

Dalam laporan FRA, federasi komunitas Yahudi di Republik Ceko mencatat 874 insiden pada 2020, atau naik 180 kasus dari tahun sebelumnya. Hampir semua praktik kebencian terjadi di dunia maya.

"Korban dan saksi tidak perlu didorong untuk melaporkan insiden anti-semitisme, tetapi pihak berwenang perlu memiliki sistem yang memungkinkan perekaman dan perbandingan insiden semacam itu," kata laporan itu.

3. Hanya sedikit negara Uni Eropa yang punya strategi tangani anti-semitisme

Kebencian pada Yahudi di Eropa Meningkat Selama Pandemik COVID-19Ilustrasi Yahudi (IDN Times/Mardya Shakti)

FRA menemukan kurang dari setengah negara-negara UE memiliki strategi nasional atau rencana aksi untuk menanggulangi kebencian terhadap Yahudi.

Di antara enam negara yang membentuk mekanisme kerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk mengumpulkan data terkait insiden anti-semitisme adalah Belgia, Republik Ceko, Prancis, Yunani, Hongaria, dan Belanda.

"Anti-semitisme adalah masalah serius," kata direktur FRA, Michael O'Flaherty.

"Tapi tanpa data, kami tidak tahu seberapa serius itu,” imbuh dia. 

Negara-negara UE, kata O'Flaherty, perlu mendorong pelaporan insiden semacam itu dan meningkatkan pencatatan serta pengumpulan data.

"Dengan itu kita akan lebih mampu mengatasi kebencian dan prasangka terhadap orang Yahudi," ujar dia.

Baca Juga: 5 Fakta Kekhaganan Khazar, Negeri Yahudi Pertama di Eropa

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya