Kisah Warga Palestina: Rumah Kami Dikepung Tentara Israel Tengah Malam

Warga Palestina diperlakukan seperti teroris

Jakarta, IDN Times - Minggu, 12 Desember 2021 pukul satu dini hari, gedoran keras pintu depan membangunkan Mahmoud Salhab dari tidur nyenyaknya. Lelaki 57 tahun itu terkejut tak kepalang, ketika melihat selusin tentara Israel berbaris kemudian menyerbu rumahnya.

Seluruh penghuni rumah diteriaki dan diserang. Para prajurit memaksa semua anggota keluarga berkumpul di satu ruangan.

“Siapa pun yang mencoba berbicara dengan tentara, akan dipukuli,” cerita Mahmoud kepada Middle East Eye.

Sebenarnya, bukan kali pertama militer Israel menggeledah rumah warga Palestina. Tapi, kejadian terbaru ini tercatat sebagai insiden paling kejam. Tidak ada satu pun orang yang tidak dipukul dengan gagang senjata. Mereka bahkan menangkap Anas Salhab, setelah dipukuli sampai pingsan.

1. Israel tidak izinkan ambulans memberikan pertolongan

Kisah Warga Palestina: Rumah Kami Dikepung Tentara Israel Tengah MalamTuntutan para warga Palestina untuk membebaskan para tahanan Palestina. (Twitter.com/PalPrisoners)

Lebih nahas lagi, para tentara mencegah ambulans Palestina mendekati kediaman Mahmoud. Mereka baru mendapat perawatan medis 90 menit, setelah para tentara pergi.

“Saya dan saudara laki-laki saya dan empat putra kami, dibawa ke Rumah Sakit Pemerintah Hebron. Kami mengalami memar yang parah, dan banyak dari kami merasa sakit perut. Bahkan sekarang, kami menderita sakit dan sulit berdiri atau bergerak,” kata Mahmoud.

Seluruh keluarga Mahmoud mengalami trauma. Seorang gadis kecil dalam keluarga Mahmoud dibawa ke rumah sakit karena kejang-kejang akibat syok.

“Kami tidak bisa memahami apa yang kami alami. Seolah-olah kami berada dalam mimpi buruk kolektif, di mana kami tidak bisa bangun,” ujar Mahmoud.

Baca Juga: PM Israel: Tidak Ada Tempat untuk Konsulat Palestina di Yerusalem

2. Tentara Israel hanya ingin menyerang warga Palestina

Kisah Warga Palestina: Rumah Kami Dikepung Tentara Israel Tengah MalamWarga Palestina terlihat melalui rumah yang rusak saat mereka berkumpul setelah serangan udara Israel, akibat konflik Israel-Palestina, di selatan Jalur Gaza, Rabu (12/5/2021). (ANTARA REUTERS / Ibraheem Abu Mustafa/aww.)

Penggerebekan tengah malam, seperti yang dirasakan keluarga Mahmoud, merupakan salah satu cara yang dilakukan tentara Israel untuk meneror warga Palestina. Yang meresahkan adalah insiden seperti itu terjadi di rumah mereka sendiri.  

Addameer, kelompok HAM Palestina, menyebut aparat Israel ingin membangun kesan, bahkan di ruang teraman sekali pun warga Palestina tidak akan bisa tidur tenang. Sejauh ini, ada lebih dari 4.500 tahanan Palestina yang mendekam di penjara Israel.

Skala kekerasan sepanjang 2021 semakin meningkat. Bukan hanya perusakan properti, tapi interogasi di lapangan, penghinaan verbal, hingga serangan fisik.

Pada 25 November, serangan serupa terjadi di rumah Ali Nassar di Desa Silwad, sebelah timur Ramallah. Ali yang berusia 62 tahun itu bersama putranya, Imad dan Shehadeh, dipukuli tentara Israel.

Imad ditangkap tentara Israel pada tiga kesempatan terpisah sejak dia berusia 16 tahun. Dia bercerita, selama interogasi, dia didorong ke dinding dan dipukuli tentara.  

"Ayah dan saudara laki-laki saya tidak bisa berdiri, mereka hanya menonton dan mencoba membantu saya, tapi tentara malah memukuli kami semua,” ungkap dia.

Setelah dipukuli, Imad dibawa ke salah satu ruangan. Dia mendengar penuturan komandan batalion Israel kepada rekan-rekannya. 

“Kami tidak datang untuk menangkap siapa pun atau melakukan pencarian, kami datang untuk memukuli mereka dan pergi,” kata Imad, menirukan ucapan komandan batalion Israel. 

“Mereka tidak mengajukan satu pertanyaan pun kepada kami, dan mereka tidak menggeledah rumah. Mereka hanya memukuli kami dan pergi, persis seperti yang dikatakan petugas,” sambung Imad.

3. Peristiwa serupa terjadi di banyak tempat

Kisah Warga Palestina: Rumah Kami Dikepung Tentara Israel Tengah MalamPalestina (Pixabay/Hosny_salah)

Serangan terhadap keluarga Mahmoud tercatat dalam laporan mingguan Pusat HAM Palestina. Aktivis meyakini serangan yang ditujukan kepada warga Palestina adalah bagian dari kekerasan sistemtik Israel.

Korban kekerasan aparat Israel lainnya adalah keluarga Abu Ahour. Rahmah Khalil Abu Ahour, yang berusia 66 tahun, meninggal dunia karena stroke setelah penggerebekan di rumahnya yang berada di kawasan Abu Njeim, Betlehem.

Rana Ibrahim Abu Ahour bercerita, sebelum kematian salah satu anggota keluarganyaa, dia telah mendapat telepon dari tetangganya soal ancaman invasi dari tentara Israel. Dia juga diperingatkan untuk segera meninggalkan rumah mereka.

“Lebih dari 80 tentara telah mengepung rumah kami, berteriak, dan menggedor pintu. Itu adalah pemandangan yang menakutkan bagi kita semua. Saya meninggalkan Rahmah untuk beberapa saat dan kemudian kembali untuk menolongnya. Saya perhatikan bahwa dia tidak dapat bernapas dan menjadi sangat lelah. Kondisinya semakin memburuk ketika dia melihat tentara masuk ke rumahnya,” kata Rana, menceritakan bagaimana stroke yang kambuh menyebabkan Rahmah meninggal.

Baca Juga: Presiden Palestina Kunjungi Israel untuk Dialog Keamanan, Hamas Geram!

Topik:

  • Rochmanudin
  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya