Menlu RI: Tidak Ada Negara yang Boleh Menguasai Indo-Pasifik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, mendapat kehormatan menjadi pembicara dalam acara pembukaan Ministerial Forum on the Indo-Pacific. Acara yang berlangsung di Paris, Prancis itu dihadiri 60 menteri luar negeri dari Uni Eropa, ASEAN, negara kunci di kawasan Indo-Pasifik, dan pimpinan organisasi internasional.
Pesan pertama yang disampaikan Retno, dengan mengutip ungkapan Presiden Joko “Jokowi” Widodo beberapa hari lalu, bahwa saat ini rivalitas dan ketegangan hanya akan mengganggu pemulihan global dari pandemik COVID-19.
“Kita semua harus fokus untuk sinergi dan kolaborasi, itulah ruh Presidensi G20 Indonesia, menjadi katalis pemulihan global melalui kolaborasi strategi yang membawa hasil konkret bagi rakyat,” kata Retno, dalam konferensi pers yang ditayangkan melalui YouTube MoFA Indonesia, Rabu (23/2/2022).
Baca Juga: Perkuat Hubungan, UE-Jepang Sepakat Kerja Sama Indo-Pasifik
1. Tidak ada satu pun negara yang menjadi penguasa di Indo-Pasifik
Pesan kedua yang disampaikan Retno adalah tidak ada satu pun negara yang akan menjadi penguasa di Indo-Pasifik.
“Indonesia melihat Indo-Pasifik sebagai lautan kesempatan yang sangat luas, terlalu luas untuk didominasi oleh satu negara mana pun. Oleh karena itu, stabilitas dan perdamaian bersama harus jadi public goal,” kata Menlu.
Retno menekankan potensi dan kekayaan Indo-Pasifik hanya dapat dioptimalkan jika situasinya kondusif. “Tanpa stabilitas, perdamaian, dan stabilitas, maka tidak mungkin kita dapat memanfaatkan potensi besar di kawasan Indo-Pasifik,” sambung dia.
2. Retno dorong perubahan paradigma dalam interaksi global
Poin lain yang disampaikan Retno adalah membangun paradigma positif dalam pergaulan global. Dia mengakui kompetisi adalah keniscayaan. Namun, kata dia, jangan sampai kompetisi itu menjadi awal dari rivalitas sehingga menyulut konflik terbuka.
Untuk mencegah hal itu, menurut Retno, seluruh negara harus patuh pada hukum internasional dan menjadikan perdamaian, serta stabilitas sebagai pusat dari kerja sama di kawasan.
“Kita juga ingin mengubah pendekatan interaksi antar negara, dari zero-sum game menjadi win-win cooperation, dari rivalitas menjadi dialog dan kerja sama, dari trust deficit menjadi strategic trust. Perubahan paradigma ini akan membawa perubahan besar bagi Indo-Pasifik dan dunia,” kata dia.
Baca Juga: RI-Prancis Sepakat Jaga Stabilitas dan Perdamaian di Indo-Pasifik
3. Indonesia yakin setiap negara pasti menginginkan stabilitas
Terakhir, Retno mengingatkan, sinergi antar negara Indo-Pasifik dapat terjadi, sekali pun setiap negara memiliki cara pandang unik dan kebijakan yang berbeda di kawasan.
“Terdapat kepentingan yang sama bagi semua negara kawasan, yaitu mendorong stabilitas. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk menyinergikan berbagai inisiatif yang ada. Hal ini akan memperkuat kemitraan sekaligus mengurangi risiko keamanan,” ujar Retno.