Taliban Ingin Bersahabat dengan Amerika Serikat

AS akhirnya meninggalkan Afghanistan setelah 20 tahun

Jakarta, IDN Times - Taliban berharap bisa membangun hubungan baik dengan Amerika Serikat (AS), dan menyatakan pemerintahan baru hampir rampung. Pengumuman itu disampaikan selang beberapa jam pasukan terakhir AS meninggalkan Bandara Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan.

"Imarah Islam menginginkan hubungan yang baik dan diplomatik dengan Amerika," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, di Bandara Hamid Karzai pada Selasa (31/8/2021), dikutip dari The Straits Times.

Para pemimpin Taliban dan sebagian warga menyambut gembira kepergian pasukan Barat. Sebagian dari mereka menggelar arak-arakan di jalanan dan sebagian dari lainnya melepas tembakkan seremonial ke langit.

Baca Juga: AS Pergi dari Kabul, Taliban: Alhamdulillah, Afghanistan Merdeka!

1. Taliban dalam proses merancang struktur dan model pemerintahan baru di Afghanistan

Taliban Ingin Bersahabat dengan Amerika SerikatJuru bicara kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid. (Twitter.com/MSharif1990)

Menurut Dewan Kepempinan, Mujahid, Taliban telah mengadakan pertemuan selama tiga hari di bawah pimpinan spiritual tertinggi Haibatullah Akhundzada di Kandahar, kota kelahiran kelompok Islam itu.

“Sejumlah keputusan telah diambil terkait perlindungan barang, infrastruktur perbendaharaan umum, perlakuan yang baik terhadap masyarakat, dan pemberian fasilitas kepada mereka,” ulas Mujahid.

"Konsultasi diadakan tentang pembentukan pemerintahan dan kabinet Islam baru di negara ini," sambungnya.

2. Krisis ekonomi jadi tantangan pertama Taliban

Taliban Ingin Bersahabat dengan Amerika SerikatPejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Terlepas dari euforia kepergian pasukan Barat, yang dimaknai Taliban sebagai kemerdekaan atau kemenangan atas imperialisme, mereka harus mencari solusi untuk keluar dari krisis ekonomi imbas kebijakan sejumlah negara dan organisasi internasional yang menutup akses bantuan atau keuangan.

Pada Selasa, 31 Agustus 2021, situasi di Kabul kembali normal. Restoran dan apotek dibuka kembali. Kerumunan dilaporkan terjadi di pasar dan kemacetan lalu lintas memadati ibu kota. Pemandangan yang unik juga tersaji, yaitu pasukan Taliban yang berpatroli dengan seragam taktis layaknya pasukan Barat.

Harga makanan pokok dan obat-obatan telah melonjak hingga 50 persen selama beberapa minggu terakhir, kata penduduk Kabul. Qasim Mohseni, seorang pedagang, meminta Taliban mengendalikan harga makanan dan obat-obatan.

"Sejak Taliban datang, keamanan terlihat baik sejauh ini, tetapi kekhawatiran dan masalah terbesar bagi orang-orang adalah ekonomi dan kurangnya pekerjaan, harga pasar juga meningkat," ungkap Mohseni.

"Apa yang dilakukan AS atau pemerintahan Afghanistan? Itu adalah pemerintah yang korup, semua penguasa dan pemimpinnya dikorupsi oleh uang AS,” tambah dia, menyambut kepemimpinan baru Afghanistan.

3. Tiongkok berharap komunitas internasional membantu Taliban

Taliban Ingin Bersahabat dengan Amerika SerikatIlustrasi pejabat Taliban yang terdiri dari anggota kantor politik Taliban Abdul Latif Mansoor (kanan), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen tiba untuk konferensi pers di Moskow, Rusia, Jumat (9/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Tatyana Makeyeva.

Meski ada warga yang mendukung, tidak sedikit pula warga yang takut dengan Taliban meski mereka sudah mengumumkan amnesti umum.

Seorang mantan pegawai pemerintah, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan dia telah bersembunyi selama dua minggu karena para militan mencarinya. Dia mengatakan, militan Taliban telah mengunjungi rumahnya dan salah satu rekannya telah tewas.

Legitimasi komunitas internasional terhadap kepemimpinan Taliban sangat bergantung pada komitmen mereka terhadap janji-janjinya. Taliban telah menjanjikan banyak hal, mulai dari membangun pemerintahan yang inklusif dan moderat, jaminan terhadap hak perempuan, pemberian amnesti umum, hingga menjamin Afghanistan tidak akan menjadi sarang teroris.

Salah satu sumber dana potensial adalah Tiongkok, yang pada Selasa, 31 Agustus 2021 meminta dunia membantu Taliban.

"China berharap komunitas internasional harus meningkatkan kolaborasi dan menyediakan bantuan ekonomi, mata pencaharian, dan bantuan kemanusiaan, untuk membantu Afghanistan mencapai perdamaian dan rekonstruksi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin. 

Baca Juga: Profil Mohammad Yaqoob, Anak Pendiri Taliban Calon Kuat Pemimpin Baru

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya