Tiongkok Terapkan Tes Swab Dubur, Diklaim Lebih Efektif Uji COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times- Otoritas Tiongkok kini memperkenalkan metode uji COVID-19 yang baru, yaitu tes swab atau usab melalui dubur. Meski metode ini menuai kontroversi, sejumlah pakar kesehatan di Tiongkok mengklaim tes swab dubur lebih efektif daripada tes swab tenggorokan dan hidung.
Dilansir dari The Washington Post, beberapa dokter memiliki argumen sains di balik metode tersebut. Mereka telah menguji sampel dari beberapa pasien virus corona yang dinyatakan sembuh berdasarkan hasil tes usap. Tetapi, hasil positif COVID-19 masih diperoleh ketika memakai sampel dari saluran pencernaan.
"Jika kami menambahkan tes usap dubur, itu dapat meningkatkan tingkat kami dalam mengidentifikasi pasien yang terinfeksi," kata Li Tongzeng, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Beijing You'an.
Baca Juga: Tiongkok Bantah Kemungkinan Adanya 'Persaingan Vaksin' dengan India
1. Tes swab dubur hanya diterapkan di karantina
Setelah kabar soal tes usap dubur beredar, hasil jajak pendapat di Weibo, salah satu platform media sosial di Tiongkok, mengungkap bahwa 80 persen responden menolak metode tersebut.
Tongzeng juga menyadari tantangan dari tes swab dubur yang lebih sulit dan tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Oleh sebab itu, metode ini hanya diterapkan di titik-titik tertentu.
“Mengumpulkan usap anus tidak semudah usap tenggorokan, saat ini hanya kelompok kunci seperti mereka yang berada di karantina yang menerima keduanya,” tambah dia.
2. Tidak menutup kemungkinan tes swab dubur jadi syarat keluar dari rumah sakit
Editor’s picks
Sejak tahun lalu, Beijing telah mencoba menerapkan prosedur baru uji corona terhadap kelompok-kelompok kecil. Salah satu hasil penelitian yang dirilis dalam Jurnal Future Microbiology pada Agustus 2020 menerangkan, ketika hasil swab tenggorokan dan dahak menunjukkan negatif, ternyata sampel dari dubur menunjukkan hal sebaliknya.
"Kami mengusulkan usapan dubur sebagai spesimen yang berpotensi optimal untuk deteksi SARS-CoV-2 untuk evaluasi keluarnya pasien COVID-19 di rumah sakit," demikian tertulis dalam jurnal tersebut.
Terkait bagaimana tes dilakukan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok telah menerbitkan instruksi bahwa sampel harus diambil dari tinja pasien. Jika hal itu tidak memungkinkan, maka usapan dubur dilakukan dengan memasukkan tongkat berujung kapas tiga sampai lima sentimeter ke dalam rektum.
3. Metode usap dubur menuai cemooh dan kritik
Metode usap dubur merupakan salah satu inisiasi dari protokol baru seiring infeksi corona yang mulai bermunculan di beberapa kota. Pemerintah dituntut untuk mengambil langkah pencegahan sebelum Tahun Baru Imlek bulan depan, yang sering juga disebut sebagai migrasi tahunan terbesar di dunia, agar tidak menjadi gelombang corona.
Pakar patologi Universitas Wuhan Yang Zhanqiu mengkritisi metode tersebut karena belum ada bukti bila Sars-CoV-2 bisa bertransmisi melalui tinja atau dubur. “Ada kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu telah ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang,” kata dia.
Melalui Weibo, masyarakat Tiongkok menyampaikan humor satir sebagai bentuk penolakan terhadap tes dubur.
“Sulit bagi perawat,” kata salah satu orang di Weibo.
“Kita harus benar-benar berusaha keras untuk menghindari tertular virus corona!!” kata yang lain.
“Saya telah melakukan dua usapan dubur. Setiap kali melakukannya saya harus melakukan usap tenggorokan setelahnya, saya sangat takut perawat lupa menggunakan alat usap baru,” sindir pengguna Weibo lainnya.
Baca Juga: COVID-19 Berlanjut, Tiongkok Bangun Pusat Karantina Hebei