WHO Salahkan Euro 2020 sebagai Penyebab Lonjakan Kasus COVID di Eropa

Keramaian Euro 2020 sumbang hingga 10 persen lonjakan COVID

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyalahkan turnamen sepak bola Euro 2020 atas lonjakan kasus COVID-19. Hal itu karena kebijakan yang mengizinkan penonton mendukung langsung tim jagoannya di lapangan.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Jerman yang mangatakan bahwa UEFA, Federasi Sepak Bola Eropa, tidak bertanggung jawab karena mengizinkan kerumunan besar di turnamen.

Menurut data WHO, kerumunan dan mobilitas supporter selama Euro berkontribusi terhadap 10 persen lonjakan kasus baru. Alhasil, catatan positif Eropa dalam menekan kasus selama 10 pekan terakhir harus kandas dan gelombang baru tidak dapat dihindari.

“Kita perlu melihat lebih dari (kehadiran) di stadion itu sendiri. Kita perlu melihat bagaimana orang sampai di sana, apakah pergi berdesak-desakan di dalam bus? Setelah pertandingan apakah mereka pergi ke bar?” kata salah satu pejabat senior WHO, Catherine Smallwood, dikutip dari Reuters.
 

Baca Juga: Tiap Rumah di Titang Makassar Kibarkan Bendera Tim Jagoan Euro 2020

1. UEFA sebut sudah jalankan aturan sesuai protokol kesehatan

WHO Salahkan Euro 2020 sebagai Penyebab Lonjakan Kasus COVID di EropaSuasana Puskas Arena. (twitter.com/SquawkaNews)

Terkait lonjakan kasus, UEFA mengatakan bahwa kebijakan yang mereka terapkan sudah sesuai dengan protokol kesehatan di masing-masing negara.

Dengan pembatasan yang bervariasi di masing-masing negara, ukuran kerumunan bisa mencapai 60 ribu orang seperti di Budapest atau 25-45 persen di tempat lain, yang biasanya sekitar 10 ribu hingga 15 ribu penonton.  

"Keputusan akhir mengenai jumlah penggemar yang menghadiri pertandingan dan persyaratan masuk ke salah satu negara tuan rumah dan stadion tuan rumah, berada di bawah tanggung jawab otoritas lokal yang kompeten, dan UEFA secara ketat mengikuti tindakan tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.

Di sisi lain, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer menuding kebijakan UEFA hanya demi mencari keuntungan.  

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa UEFA tidak masuk akal. Saya menduga itu karena komersialisme," katanya dalam konferensi pers.

Seehofer mengambil contoh pertandingan yang berlangsung di Puskas Arenda Hungaria. Menurutnya, kerumunan seperti itu pasti akan mendorong penyebaran virus corona. 
 

2. Sejumlah negara mengambil langkah pencegahan

WHO Salahkan Euro 2020 sebagai Penyebab Lonjakan Kasus COVID di EropaIlustrasi Suasana Inggris, UK (IDN Times/Anata)

Otoritas kesehatan Skotlandia melaporkan, sebanyak 1.991 orang terkonfirmasi positif saat menonton Euro di lapangan, dengan 1.294 di antaranya telah melakukan perjalanan ke London dan 397 pergi ke Wembley, tempat di mana laga Inggris kontra Skotlandia berlangsung.

Finlandia mengatakan, lebih dari 300 warga negaranya terinfeksi saat mendukung tim mereka.

Kemudian, Wakil Perdana Menteri Rusia telah menyerukan larangan pertemuan lebih dari 500 orang. St Petersburg akan menjadi tuan rumah perempat final pada hari Jumat, dengan kapasitas 50 persen diperbolehkan di stadion, yang biasanya mampu menampung hingga 68 ribu orang.

Italia telah memperingatkan setiap penggemar Inggris untuk tidak memaksakan diri menyaksikan pertandingan secara langsung, merujuk pada laga Inggris lawan Ukraina di Roma.

Peringatan itu disampaikan saat Italia menghindari transmisi varian delta, mutasi virus corona yang pertama kali muncul di India dan memiliki daya penularan 60 persen lebih tinggi dari virus corona pada umumnya. Roma mulai bulan lalu mewajibkan karantina lima hari bagi warga Inggris yang tiba di Italia.

"Fans yang berbasis di Inggris karena itu tidak boleh melakukan perjalanan ke Italia, untuk menghadiri pertandingan pada hari Sabtu di stadion Olimpico di Roma," katanya dalam sebuah pernyataan.

3. PM Inggris yakin suntikan dua dosis vaksin COVID-19 bisa mengamankan seseorang dari virus corona

WHO Salahkan Euro 2020 sebagai Penyebab Lonjakan Kasus COVID di EropaPerdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat berbicara dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melalui sambungan telepon pada 8 Desember 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Italia akan memberlakukan protokol kesehatan bagi penonton yang ingin memasuki lapangan. Siapapun yang kedapatan mengabaikan aturan karantina akan didenda hingga 3.000 euro (Rp51,6 juta). UEFA mengatakan, hanya 16 ribu penggemar yang diizinkan masuk stadion atau 25 persen dari total kapasitas.

Asosiasi Sepak Bola Inggris juga memastikan tidak akan menjual tiket apapun karena aturan pembatasan perjalanan.

Inggris saat ini sedang berjuang melawan lonjakan infeksi yang disebabkan oleh varian Delta, di mana dilaporkan ada 26.068 kasus baru pada hari Rabu. Italia, sebagai perbandingan, hanya mencatat 776 kasus harian. Varian Delta sekarang menyebar dengan cepat ke seluruh Eropa.

"Kekhawatiran lonjakan musim gugur masih ada, tetapi apa yang kita lihat sekarang adalah bahwa itu mungkin datang lebih awal," kata Smallwood.

Sementara itu, dilansir dari media lokal Inggris ITV, Perdana Menteri Boris Johnson optimistis dua dosis vaksin dapat menjadi “penjamin dan pembebas” bagi siapa saja untuk bepergian.

"Kami akan menjelaskan lebih dalam beberapa hari ke depan, tentang bagaimana kami melihatnya bekerja. Tetapi tidak ada keraguan sama sekali bahwa setelah Anda mendapatkan dua suntikan, Anda berada dalam posisi yang jauh lebih baik,” ujar dia, menanggapi banyaknya negara yang mewajibkan pelancong asal Inggris untuk menjalani karantina.

Baca Juga: Bertemu di G20, Menlu Inggris-Indonesia Bahas Bantuan Vaksin untuk RI

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya